Mohon tunggu...
Nailah Ilma Hamuda
Nailah Ilma Hamuda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah seorang mahasiswi tahun pertama program studi psikologi. Saya memiliki ketertarikan yang besar akan tingkah laku manusia. Saya juga cukup menyukai kegiatan menulis dan berharap tulisan saya dapat bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mine?

21 Juli 2022   12:32 Diperbarui: 22 Juli 2022   16:20 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan SMA berjalan semestinya, Oktav juga memasuki kegiatan ekstrakurikuler yang ia impikan, jurnalistik. Rade, teman pertama Oktav memasuki klub basket wanita, sedangkan Dinda memilih tidak ikut ekskul apa-apa. Katanya ia ingin menghabiskan waktu luang membantu orangtua. Dinda memang anak yang baik. 

Pemilihan ketua OSIS sebentar lagi, nama-nama orang yang menjadi calon ketua OSIS akan diumumkan saat upacara bendera hari Senin, ya! hari ini. Pengumumannya akan dibacakan oleh bapak kepala sekolah seraya sang calon maju ke depan. 

"Akan saya bacakan siapa-siapa saja yang akan menjadi calon ketua OSIS tahun ini, calon ketua OSIS kita yang pertama, Danendra Nias dari XI MIPA-3, kemudian yang kedua adalah Pratama Aji Saka Hestanta dari XI MIPA-2, dan yang terakhir ada Rio Aharsya dari XI IPS-2," suara lantang bapak kepala sekolah dengan bantuan mik menggema di seantero sekolah.

Oktav tak bisa melepaskan pandangannya ketika nama calon ketiga dipanggil, ya! Dia adalah orang yang sama dengan yang menolongnya pagi itu. Ternyata namanya Rio, hihi, batin Oktav. Dirinya senang sekali. Tadinya ia masih bertanya-tanya nama lelaki itu,  namun kini sudah terukir dengan jelas nama Rio di hatinya.

Hari-hari Oktav sejak saat itu, selalu dipenuhi oleh perasaan berbunga-bunga. Ia setiap hari menyempatkan diri untuk memutar arah saat hendak menuju kelas. Ia akan melewati depan kelas XI IPS-2 itu, berjalan perlahan ketika sampai di depan kelas---berharap menemukan sosok yang ia cari. Jika ketemu pun Oktav tidak tahu harus melakukan apa, ia hanya ingin melihat saja. Ia terlalu takut untuk mengatakannya. Ketika teman sekelasnya menanyakan mengapa ia masuk kelas melalui arah deretan kelas 11, Oktav selalu berdalih bahwa ia membeli cemilan di kantin terlebih dahulu.   

  

Hari ini Oktav  juga melakukanya lagi, wajahnya berbinar. Oktav berjalan dengan riang memasuki kelas hingga ia tidak sadar menabrak Randy, "Duh! Ati ati napa, Tav, ngapain sih lo senyam-senyum nggak jelas gitu," ucap Randy agak kaget karena Oktav menabraknya. "Apaan sih, pengen tau aja!" Oktav tak peduli dan pergi masuk kelas. "Dih udah nabrak! Nggak minta maaf lagi!" keluh Randy. Oktav yang masih sampai di depan papan tulis mendengar ucapan Randy dan berujar malas, "Iyaaaa Maaaf." 

Namun, Randy tak mendengar ucapan Oktav dan tetap melanjutkan langkahnya menuju lapangan bola, sebelum sampai di sana ia bertemu dengan Dinda, "Din, si Oktav kenapa dah senyam senyum ga jelas gitu, sampe nabrak gue tadi," tutur Randy. "Tau deh, apa urusan lo nanya-nanya?" ucap Dinda ketus. Ia tentu saja kesal pada lelaki yang selalu menghina teman dekatnya itu. "Kasar amat," tutur Randy. "Biarin!" seloroh Dinda dan pergi meninggalkan Randy. Randy tersenyum kecut dan kemudian langsung meluncur ke lapangan ikut bergabung bermain bola. 

Bel masuk kelas berbunyi kencang, Randy berjalan kembali ke kelas. Namun dari kejauhan ia mendengar suara gaduh dari kelasnya, "Hahahahaha jangan mimpi!! Dasar nggak tau diri." Terdengar suara Dani dari kejauhan. "Wah ada apaan nih di kelas," gumam Randy. 

Setelah ia masuk, tahulah ia bahwa anak-anak laki-laki kelasnya sedang mengolok Oktav habis-habisan dikarenakan wallpaper handphone-nya adalah wajah Rio. "Dia tu tenar, banyak yang suka. Lo kalo mimpi jangan ketinggian! Haha, kurusin dulu tuh badan, kaya bapao jalan gitu," sahut Edgar, teman Randy yang lain. "Siniin hapenya, iiihh!!" teriak Oktav sambil berusaha menggapai gawainya yang diambil paksa oleh Edgar. "Kalian jahat banget sih cowok-cowok, udah napa?!" teriak Dinda yang rupanya hanya mereka anggap sebagai angin lalu. 

"Iya Tav, takutnya lo malah sakit hati kalo dia ga mau sama lo karna fisik," ucap Randy kemudian dengan muka sok serius. "Apa sih kamu ikut-ikutan? Kalo mau ngejek, ejek aja, nggak usah sok-sokan peduli! Yang punya hati tu aku, aku juga nggak minta hati aku suka dia. Masalah hah buat kalian??!" ucap Oktav dengan mata merah, air matanya seperti sudah ingin turun. Tapi ia tak mau terlihat selemah itu dihadapan orang-orang yang mengoloknya. "Santai, Tav, jangan jadi gendut baperan gitu, ih," ucap Randy, seperti tak punya hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun