Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Ronald Tanur: Membaca Fenomena Sosial di Balik Perilaku Individu dan Pembentukan Karakter

27 Oktober 2024   20:24 Diperbarui: 27 Oktober 2024   20:24 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lingkungan seperti ini sering kali menciptakan individu yang kurang memiliki rasa tanggung jawab sosial, karena mereka terbiasa dengan privilese yang melindungi mereka dari sanksi sosial atau hukum. Dalam konteks Ronald Tanur, pola asuh ini mungkin berperan dalam mendorong tindakan-tindakan yang akhirnya menyebabkan terjadinya tindak kekerasan.

Faktor Psikologis dalam Pembentukan Karakter

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Selain lingkungan sosial, faktor psikologis juga memiliki peran besar dalam pembentukan karakter seseorang seperti Ronald Tanur. Penelitian yang dipublikasikan di Personality and Social Psychology Bulletin menjelaskan bagaimana kekuasaan dapat merusak empati dan pengendalian diri seseorang. Kekuasaan yang tidak diimbangi dengan tanggung jawab dapat memunculkan power syndrome, di mana individu merasa bahwa mereka tidak akan terkena dampak dari konsekuensi hukum atau sosial (jakartaglobe).

Kurangnya empati ini sering kali terlihat dalam kasus-kasus kekerasan yang melibatkan individu dari kalangan elite, yang mungkin merasa bahwa mereka kebal hukum. Dalam kasus Ronald, perilaku ini mungkin diperparah oleh status sosial dan lingkungan yang tidak memberikan batasan tegas atas tindakannya.

Budaya Kekerasan dalam Lingkar Sosial Elite

Tidak hanya psikologi individu, namun juga budaya kekerasan yang mungkin hadir dalam lingkaran sosial elite turut berkontribusi. Journal of Youth and Adolescence menunjukkan bahwa lingkungan yang menormalisasi kekerasan, penyalahgunaan alkohol, atau gaya hidup hedonis dapat membentuk individu yang lebih rentan terhadap perilaku destruktif (jakartaglobe).

Dalam kasus Ronald Tanur, dugaan bahwa kekerasan yang dilakukannya terjadi di klub malam dan dipicu oleh penyalahgunaan alkohol memperkuat hipotesis bahwa gaya hidup yang glamor tanpa kontrol diri sering kali berakhir dengan tindakan agresif.

Membangun Kesadaran Moral dan Tanggung Jawab Sosial

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Dari kasus ini, ada beberapa solusi yang dapat diambil untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan, khususnya dalam kalangan elite dan berpengaruh:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun