Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memecah Kelas Paralel Saja Sulit, Bagaimana Bisa Memulai "New Normal" di Sekolah?

28 Mei 2020   09:55 Diperbarui: 28 Mei 2020   11:42 1542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor ini juga harus dipikirkan masak-masak. Jika guru untuk kelas paralel baru belum siap, maka membuka sekolah juga sebaiknya tidak dilakukan. 

Kesehatan para guru juga sangat penting. Terlebih, kalau ada kelas paralel yang belum memiliki guru berada di lantai 2. Mengajar dua kelas sambil naik turun tangga sungguh melelahkan. Tenaga guru terkuras untuk kegiatan ini. Dengan begitu, sistem imun mereka akan lemah dan akan berjatuhan seperti para nakes saat ini.

Membangun kelas paralel baru, perlu waktu bertahun-tahun (Dokumentasi pribadi)
Membangun kelas paralel baru, perlu waktu bertahun-tahun (Dokumentasi pribadi)
Opsi yang sering digaungkan adalah memberlakukan shift jam belajar. Ada yang masuk pagi dan ada yang masuk siang. Opsi ini menjadi opsi utama karena pemecahan kelas paralel cukup sulit dilakukan dalam jangka waktu pendek. 

Meski demikian, pemberlakuan opsi jam belajar ini juga harus memerhatikan kondisi siswa agar tidak membuat mereka tidak bersemangat belajar. 

Sistem keadilan, semisal siswa kelas rendah masuk pagi dan siswa kelas tinggi masuk siang pada sekolah dasar juga perlu diperhatikan. Apa pun itu, sebenarnya jam belajar siang tidaklah terlalu efektif.

Dalam waktu satu setengah bulan yang tersisa, masih banyak hal yang harus dipersiapkan. Sementara, pihak sekolah bisa mendata dahulu siswa yang cukup rentan tertular penyakit dengan melihat absensi selama ini, 

Siswa yang sering tidak masuk karena sakit bisa menjadi prioritas dalam menyiapkan "new normal" di sekolah. Mereka perlu mendapat perhatian khusus karena tanpa wabah covid-19 saja, mereka pun mudah sakit.

Begitu pula dengan siswa yang memiliki orangtua, entah ayah atau ibu yang bekerja di luar kota dengan kasus covid-19 tinggi. Siswa seperti ini sangat memungkinkan untuk menjadi sumber klaster penyebaran covid-19 di sebuah sekolah. 

Edukasi lebih terhadap mereka juga diperlukan agar ketika sekolah dibuka, pihak sekolah bisa menjamin bahwa mereka tidak akan menjadi carier virus covid-19 yang dibawa oleh orangtua ketika mereka pulang ke rumah. 

Disadari atau tidak, hal-hal remeh semacam ini ternyata cukup sulit dilakukan juga lantaran banyak siswa yang orangtuanya bekerja di luar kota. 

Di Malang sendiri misalnya banyak sekali siswa yang ayahnya setiap hari pulang pergi Malang-Surabaya atau Malang-Sidoarjo, dua kota dengan jumlah kasus covid-19 tertinggi di Jawa Timur. Apalagi, sudah banyak pabrik atau pun perkantoran di dua kota itu yang memulai "new normal".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun