Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memecah Kelas Paralel Saja Sulit, Bagaimana Bisa Memulai "New Normal" di Sekolah?

28 Mei 2020   09:55 Diperbarui: 28 Mei 2020   11:42 1542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyatanya, memecah kelas tidak semudah membalik telapak tangan. Bahkan bagi sekolah yang sudah memiliki ruangan kosong atau lahan kosong sekalipun. 

Pengalaman saat mengajar dulu, perlu waktu bertahun-tahun agar sebuah kelas bisa dipecah menjadi kelas paralel. Hambatan utama tentu pada pendanaan. 

Sekolah saya dulu memang memiliki dua ruang yang tidak berfungsi dengan baik yang awalnya digunakan sebagai ruangan TIK dan laboratorium bahasa. 

Kondisi sebuah kelas yang terdiri lebih dari 30 siswa. - Dokumentasi Pribadi
Kondisi sebuah kelas yang terdiri lebih dari 30 siswa. - Dokumentasi Pribadi
Lantaran banyak komputer serta alat laboratorium yang sudah rusak, maka kedua ruangan tersebut rencananya akan diubah menjadi ruang kelas. Namun, melihat kondisi ruangan yang pengap dan tidak banyak ventilasi cahaya, niat itu tak bisa disegerakan.

Kalau sekolah mau merombak, itu tidak bisa langsung dilakukan karena termasuk rehab berat. Dana BOS tidak bisa digunakan untuk hak tersebut. Akhirnya, kepala sekolah memutuskan untuk menunggu kegiatan rehab dari Diknas agar dua ruangan tersebut bisa digunakan untuk kelas. 

Jarak antara permohonan bantuan rehab dengan pelaksanaaan rehab sekitar 2 tahun. Dan selama dua tahun tersebut, siswa kelas 2 dan 3 yang belum dipecah harus melakukan kegiatan pembelajaran dengan jumlah siswa lebih dari 44 anak. 

Bahkan, pada suatu waktu, karena ada siswa mutasi masuk, ada kelas yang terdiri dari 48 siswa. Sungguh, bisa dibayangkan bagaimana rasanya mengajar dengan siswa sebanyak itu.

Berkaca dari pengalaman ini, memecah kelas paralel bukanlah hal yang mudah dilakukan. Jikalau memaksakan dengan membangun kelas baru, jangan sampai pembangunan tersebut dilakukan dengan tergesa tanpa memerhatikan keselamatan dan kenyamanan siswa.

Faktor pengadaan guru menjadi hambatan lain dalam memecah kelas paralel. Tidak semua sekolah mampu menyediakan guru baru dalam waktu singkat. 

Saat pertama kali dipecah dulu, 2 guru yang mengajar di tingkatan kelas yang baru dipecah harus merangkap mengajar 3 kelas. Lantaran, guru baru belum didapat. 

Pembelajaran seperti ini bahkan berlangsung hingga satu bulan. Ada satu guru yang bahkan membuka sekat dua kelas paralel dan menggunakan mikrofon untuk mengajar karena beliau sudah tidak sanggup untuk bolak-balik mengajar dari satu kelas ke kelas lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun