Aku berlari mendekatinya tapi entah dari mana datangnya dan siapa yang menembakkan sebuah peluru yang mengarah ke kepalaku. Dalam hitungan detik aku terjatuh dan sontak  terbangun kembali. Jantungku berdetak sangat kencang dan pakaian ku basah dan badanku kedinginan. Aku menatap ke jendela dan bersyukur aku hanya bermimpi.
Setelah mengatur nafas, aku mengingat kembali mimpiku yang baru saja aku alami. Aku juga melihat beberapa tentara tertembak pada kaki-dan tubuhnya. Aku juga merasakan keberanian di antara mereka, kebanggaan, dan kehormatan untuk mempertahankan serta memperebutkan kedamaian. Air mata dan darah menjadi saksi kesetiaan dan keberanian.
NOTE
"ini hanyalah sebuah cerpen"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H