Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Milenial, Pelopor Net-Zero Emissions

24 Oktober 2021   22:42 Diperbarui: 24 Oktober 2021   23:21 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai milenial, sudahkah kamu tahu tentang Net-Zero Emissions (NZE)?

Sudah sejauh manakah kamu menerapkan Net-Zero Emissions di dalam kehidupan/lingkungan mu?

Nah! Pertanyaan dan persoalan lingkungan yang satu ini wajib kamu tahu dan terapkan. Karena nantinya kamu-lah yang akan mewarisi planet Bumi ini. Betapa tidak, Net-Zero Emissions berhubungan dengan penyelamatan bumi dari pemanasan global dan perubahan iklim di masa depan lho! Jadi milenial harus berperan serta untuk menyelamatkan bumi dari sekarang, agar tetap bisa survive dan eksis di masa yang akan datang.

Apa itu Net-Zero Emission (NZE)?...

Menurut www.forestdigest.com Net-Zero Emissions atau nol-bersih emisi tak mengacu pada berhentinya umat manusia memproduksi emisi. Secara alamiah manusia dan dunia tidak bisa tak memproduksi emisi. Manusia bernapas saja menghasilkan karbon dioksida (CO2). Jika dikalikan jumlah manusia sebanyak ,8 miliar, emisi karbon dari napas manusia berkontribusi 5,8% terhadap volume emisi karbon tahunan.

Karena itu, nol-bersih emisi adalah karbon negatif. Artinya, emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya sehingga tak ada yang menguap hingga ke atmosfer. Apa yang bisa menyerap emisi karbon? Secara alamiah, emisi terserap oleh pohon, laut, dan tanah.

Sedangkan www.mongabay.co.id bilang; Net-Zero Emission (NZE) adalah emisi karbon sepenuhnya diserap oleh bumi melalui berbagai kegiatan manusia dan bantuan teknologi, sehingga tidak menimbulkan pemanasan global.

***

Kemudian apa itu Emissions dan Pemanasan Global?

Dilansir dari id.wikipedia.org Emisi atau gas buang didefinisikan sebagai hasil pembakaran bahan bakar fosil (batubara, gas alam dan minyak) yang didispersikan ke udara. Sisa hasil pembakaran itu berupa air (H2O), gas CO (karbon monoksida) yang beracun, CO2 (karbon dioksida) yang merupakan gas rumah kaca, NOx senyawa nitrogen oksida, dan HC berupa senyawa Hidrat.

***

Ada yang menarik dari penggalan Wikipedia di atas, dikatakan CO2 merupakan gas rumah kaca. Pasti milenial masih sedikit asing dengan kalimat Gas Rumah Kaca (GRK)!

Nah! GRK itu sebenarnya adalah gas-gas di atmosfer yang dapat menangkap panas matahari. Jadi atmosfer bumi ini diibaratkan seperti sebuah rumah kaca yang dapat memerangkap dan memantulkan panas dari matahari. Yang termasuk GRK yang ada di atmosfer antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4), dan freon (SF6, HFC dan PFC).

Jika GRK ini berlebihan akan menyebabkan pemanasan global di mana suhu di bumi akan naik secara signifikan. 

Milenial, tahukah kamu jika pemanasan global telah menjadi isu strategis dan fokus bahasan pada berbagai pertemuan, konferensi tingkat tinggi seantero negara di dunia beberapa dekade terakhir? 

Karena dampak pemanasan global telah nyata dirasakan seperti curah hujan yang ektrem/banjir, badai salju di daerah tertentu, sementara di daerah lain kekeringan dan musim panas yang ektrem, gagal panen pertanian, mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem, naiknya ketinggian permukaan air laut dan perubahan iklim yang ekstrim lainnya.

Dari mana emisi gas-gas rumah kaca ini berasal?

Dilansir dari berbagai sumber, ada 5 sektor utama yang menjadi penyumbang GRK. Ini dia;

Gambar; olah power poin editan pribadi.
Gambar; olah power poin editan pribadi.

Sektor-sektor tersebut bervariasi menurut daerah sesuai dengan karakteristik alam, potensi, kondisi dan pemanfaatan.

Di Aceh sektor penyumbang emisi GRK berasal dari aktifitas perkebunan, kehutanan dan lahan gambut.  Kegiatan penebangan/ pengundulan hutan, alih fungsi lahan telah berjalan dengan laju yang mengkhawatirkan.

Data menunjukkan:

databoks.katadata.co.id
databoks.katadata.co.id

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sektor apakah  yang menjadi penyumbang terbesar emisi GRK? Dilansir berbagai sumber, ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Aceh, atau Sumatera dan Kalimatan seperti yang terlihat pada gambar di atas. Sektor penyumbang terbesar adalah dari kehutanan dan alih fungsi lahan yaitu dari hasil pembakaran hutan.

Di Indonesia, orang-orang yang punya modal besar untuk industri kayu atau kelapa sawit memperluas lahan dengan pembakaran. Agar tidak tertangkap disuruhlah orang lain untuk membakarnya. Lahan sengaja dirusak untuk alih fungsi dan ini penyumbang terbesar dari emisi gas rumah kaca.

Berbeda dengan negara maju, penyumbang terbesar emisi GRK justru berasal dari sektor industri seperti dari pabrik-pabrik.

***

Nah! Milenial, sudah mendapat gambaran-kan terkait Net-Zero Emissions!

Tugas kamu selanjutnya berperan serta nyata dalam aksi penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Dapat dimulai dari tindakan-tindakan paling sederhana atau hal-hal kecil dan selalu berulang namun sering tidak disadari baik dirumah, di sekolah atau di lingkungan lainnya.

1. Menanam dan Memelihara Pohon

Tahukan kamu jika Tumbuhan membutuhkan CO2 dan air (H2O) untuk melakukan proses Fotosintesis yang menghasilkan Oksigen?

Nah Milenial pasti tahu dong tentang fotosintesis di sekolah! Melalui proses Fotosintesis inilah hutan alam berperan sebagai tempat penyimpanan karbon dan memiliki kemampuan tinggi (hingga ratusan ton karbon/ha/tahun) dalam menyerap emisi GRK.

Jika hutan ditebang atau digundul, maka hutan melepas karbon yang tersimpan dalam pohon atau lahan gambut/tanah. Diperkirakan jumlah emisinya mencapai antara 17-20 % dari total emisi gas rumah kaca dunia, lebih besar dibandingkan dengan emisi sektor transportasi. Jadi ketika hutan rusak, tidak hanya melepas karbon dari pohon, tetapi juga kehilangan kemampuan hutan untuk menyerap CO2.

Pentingnya fungsi hutan baru terasa saat hutan hilang, setelah ditebang besar-besaran, atau saat terjadi kabakaran hutan. Karbon yang selama ini tersimpan akan dilepas ke udara dalam bentuk CO2 dan perubahan iklim pun semakin memburuk.

Untuk itu Milenial harus menanam dan memelihara pohon seperti yang sudah kami lakukan dalam video berikut ini;

Jika setiap orang menanam satu pohon saja sepanjang usia hidupnya, maka dia sudah ikut menyelamatkan bumi dari kehancuran.

2. Mengurangi Penggunaan Energi/Hemat Energi

Listrik merupakan salah satu penyumbang pemanasan global bagi bumi. Menghemat listrik selain hemat biaya dan energi, juga turut mengurangi pemanasan global. Yuk simak bagaimana 10 caraku menghemat listrik dalam video di bawah ini!

Milenial juga suka menggunakkan barang elekrtonik seperti AC. Kalau dalam ruangan maunya pakai AC biar dingin. Nah,milenial yang suka mengunakan AC, sebaiknya buka jendela saja agar angin dapat berhembus masuk untuk menyejukkan dan menyegarkan ruangan, daripada menggunakan penyejuk udara buatan yang boros listrik seperti AC.

Jika tetap menggunakan AC, jangan lupa bersihkan AC secara teratur karena akan menghemat listrik. LaLu jangan lupa setel "timer' pada AC agar berhenti pada saat sebelum fajar. Kemudian Exhaust fan juga bisa digunakan untuk membantu pertukaran udara segar di dalam ruang, jika sirkulasi angin belum maksimal.

3. Manfaatkan Sumber Energi dari Alam

Hai Milenial, sadarkah kamu jika Alam menyediakan berbagai sumber energi dalam jumlah yang sangat besar, karena hampir selalu ada dan siap diolah menjadi sumber energi? Seperti tenaga air, kincir angin, panas bumi dan panas matahari (panel surya). Kesemuanya merupakan sumber energi terbarukan dari alam yang ramah lingkungan.

Seperti panas matahari, tahukah kamu jika sekarang sudah ada teknologi yang bernama Solar Cell atau Sel Surya/Panel Surya, yakni suatu komponen pembangkit listrik yang merubah/mengkonversi cahaya matahari menjadi energi/arus listrik dengan menggunakan photovoltaik. 

Foto (atas) dan Video (bawah) dokumentasi pribadi bersama panel surya.
Foto (atas) dan Video (bawah) dokumentasi pribadi bersama panel surya.


Nah! Yang tampak dibelakangku (pada foto dan video diatas) itulah (biru berkotak-kotak) yang namanya photovoltaik.

Dilansir dari berbagai sumber, cara penggunaanya dibagi dua yaitu aktif dan pasif

  • Aktif; menggunakan teknologi panel atau sel photovoltaik (panel tenaga surya) untuk mengumpulkan energi listrik. Ketika sel photovoltaik menyerap cahaya, maka akan ada pergerakan antara elektron di sisi positif dan negatif yang menciptakan arus listrik sehingga dapat digunakan sebagai energi bagi alat-alat elektronik.
  • Pasif; dengan mengatur arah bangunan, menggunakan material yang menyerap panas dan desain bangunan yang secara alami memperlancar sirkulasi udara di dalam bangunan.
    Kira-kira panel surya yang dibelakangku itu aktif apa pasif ya!

Pada negara yang sudah sangat peduli bumi seperti Swedia, Denmark dan Jepang, pemakaian listrik sudah memanfaatkan tenaga kincir angin dan panel surya. Sedangkan di Indonesia masih sedikit yang memanfaatkan kedua tenaga ini. Mudah-mudahan bisa diterapkan secara menyeluruh ya, mengingat listrik dari PLN pun sekarang belum bisa menjangkau seluruh pelosok daerah terutama daerah terpencil.

4. Mengolah Sampah

Hhm...Sadarkah kamu dari sampah mengeluarkan metana (salah satu gas rumah kaca) yang berbahaya? Dan sampah plastik tidak mudah terurai oleh alam, mungkin diperlukan waktu ratusan sampai ribuan tahun untuk membuatnya menjadi benar-benar terurai. Jika dibakar, plastik akan menghasilkan dioksin yang berbahaya bagi manusia karena dapat memicu kanker dan penyakit berbahaya lainnya. Jadi mengurangi sampah plastik dan daur ulang sampah harus diterapkan.

Belanja tanpa kantong plastik, salah satu caraku mengurangi sampah plastik (dok pri).
Belanja tanpa kantong plastik, salah satu caraku mengurangi sampah plastik (dok pri).

Daur ulang sampah dengan membuat kompos tidaklah sulit, bahan bakunya bisa didapat dari sampah organik rumah tangga ataupun sampah tanaman dan pohon di lingkungan. Kompos sangat baik untuk memupuki tanaman bahkan bisa dijual.

Milenial di Aceh Barat terus belajar membuat kompos (foto dok pri).
Milenial di Aceh Barat terus belajar membuat kompos (foto dok pri).

Kegiatan daur ulang sampah organik dan anorganik sudah bisa kita lihat di berbagai daerah, seperti di sebuah sekolah di Aceh Barat yang menyulap sampah menjadi barang kerajinan yang menarik dan berguna, seperti yang tampak pada video di bawah ini;

    

5. Mengurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi.

Yuk milenial lebih banyak menggunakan kendaraan umum khususnya untuk transportasi perkotaan, karena akan banyak mengurangi emisi gas CO dan CO2 yang dihasilkan. Selain itu, jika memungkinkan biasakan berjalan kaki atau menggunakan sepeda.

Servis kendaraan juga perlu dilakukan secara rutin. Kondisi mesin yang prima akak turut menghemat konsumsi bahah bakar. Segera perbaiki bila ada kerusakan pada kendaraan.

***

Dengan semakin berkembangnya isu mengenai kerusakan lingkungan, sudah menjadi kewajiban kita bersama khususnya milenial sebagai generasi penerus untuk turut menjaga dan melestarikan Bumi tempat kita hidup dan bekerja.

5 aksi nyata di atas sangat efektif diterapkan ke anak-anak milenial. Bentuk sosialisasi bisa dalam bentuk film, video-video, vlog, blog, apalagi sekarang eranya sosial media dan internet.

~ Masyarakat yang Net-Zero Emissions adalah Masyarakat yang Hemat dan Produktif~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun