Konflik Internal di Israel
Negosiasi ini tidak hanya memperlihatkan jurang perbedaan antara Israel dan Hamas, tetapi juga mengungkap ketegangan politik di dalam negeri Israel. Netanyahu menghadapi tekanan besar dari koalisi sayap kanan yang menentang kesepakatan ini.
Menteri Diaspora, Amichai Chikli, misalnya, mengancam akan keluar dari pemerintahan jika Israel mundur dari wilayah yang telah dikuasai selama perang, termasuk koridor Philadelphi di perbatasan Gaza dan Mesir. Wilayah ini dianggap strategis oleh Israel, tetapi juga menjadi titik panas dalam hubungan dengan Mesir.
Sementara itu, Ben-Gvir dengan lantang menyatakan bahwa jika fase kedua kesepakatan diimplementasikan, partainya, Otzma Yehudit, akan keluar dari koalisi. Namun, ia juga menyatakan kesediaannya untuk kembali bergabung jika Israel melanjutkan perang.
Sikap ambigu ini mencerminkan dinamika politik yang kompleks, di mana para pemimpin politik berusaha menyeimbangkan antara kepentingan nasional dan agenda pribadi.
Tantangan Implementasi Kesepakatan
Meskipun kesepakatan ini telah disetujui, tantangan implementasinya sangat besar. Salah satu masalah utama adalah daftar tahanan dan sandera yang akan dibebaskan.
Pada menit-menit terakhir, Hamas mengajukan tuntutan tambahan untuk membebaskan enam tahanan senior, termasuk tokoh politik Palestina, Marwan Barghouti. Tuntutan ini hampir menggagalkan kesepakatan, tetapi akhirnya berhasil diselesaikan melalui mediasi intensif oleh Mesir dan Qatar.
Selain itu, ada juga tantangan logistik yang harus dihadapi. Israel telah membangun infrastruktur militer yang signifikan di Gaza selama perang, termasuk pangkalan militer dan tempat perlindungan bom.
Menurut pejabat keamanan Israel, infrastruktur ini dapat dibongkar dengan cepat jika diperlukan, tetapi prosesnya tetap membutuhkan koordinasi yang rumit.
Harapan dan Kekhawatiran Warga Gaza