Mohon tunggu...
ikhsan bang haji
ikhsan bang haji Mohon Tunggu... Lainnya - adalah seorang pegawai desa di Desa Wanayasa

Menyukai menulis dan concern terhadap pemerintahan desa dan gerakan belanja di warung tetangga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Uang Calon Disayang, Tak Ada Uang Calon Ditendang

5 Mei 2023   00:47 Diperbarui: 5 Mei 2023   00:52 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sederhananya ada Demand, ada Supply dan ada pialang (Bahasa kitanya ya makelar gitu)

Budaya ini baik atau tidak?

Tentu saja tergantung pada bagaimana cara pandang kita.

Money politics sebuah fenomena yang terdengar seperti dosa besar tetapi terus dan terus dilakukan, hal ini dilakukan karena itu tadi, elemen terjadinya money politics lengkap sudah, ada produsen, ada konsumen dan ada "wirausahawan"nya. Mirip-mirip dengan prostitusi, ada yang Wanita Nakal, ada Lelaki hidung belang dan ada mucikarinya. Maka transaksi ini terjadi dan semua mendapat keuntungan berdasar persepsi masing-masing.

Persoalan buruk atau tidak buruk masalah ini (sebetulnya bukan masalah juga sih), tergantung pada siapa serta sudut mana kita melihat.

Bagi calon yang ingin mendulang suara melalui transaksi instant ya asal dia punya modal, tentu dianggap menguntungkan karena tinggal lakukan serangan fajar dengan nominal lebih besar dari lawan-lawannya (karena pasti lawannya pun melakukan ini meski harus menjual asset termasuk kalung mas milik istrinya).  

Bagi masyarakat pragmatis, ini juga dianggap menguntungkan dan dapat dijadikan mata pencaharian sesaat, maka timbullah istilah UNCAL atau Usaha Nipu Calon, resiko menerima uang dari para calon ini sepertinya tidak ada (kita gak bicara dari kacamata Islam ya?) karena konon Islam telah lama ditinggalkan untuk urusan politik di sini.

Malah bagi masyarakat, kalau sedang mujur bisa dapat beberapa amplop dari beberapa calon. Isinya seperti yang dibilang oleh kang Alex ya mulai dari Rp. 20.000,- , Rp. 50.000,- hingga Rp. 100.000,- meskipun selanjutnya beliau membantah itu, sebab katanya minimal dua kali dalam setahun sudah pasti ada proposal masuk pas menjelang Rajaban dan Muludan. Oh sodaqoh untuk hari besar Islam juga dianggap cost politik ternyata oleh para politisi.

Oh iya, andai amplop itu bernilai Rp. 100.000,- maka dibagi 5 tahun, dibagi 365 hari maka hanya bernilai Rp. 54,- saja.  Masyarakat dikasih uang sebesar Rp. 54,- perhari selama 5 tahun untuk mengikhlaskan diwakili oleh para calon tersebut untuk diwakili.

Terlalu murah? Ya tentu saja

Kalau bisa naikin lagi lah ....!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun