"Ya ampun Jaja, kertas pink kemarin itu yang kamu kasih ke aku. Â Dia kan yang kasih?"
"Hah? Kertas pink aroma kembang tujuh rupa yang kemarin? Itu bukan dari Jendra Ye, kemarin aku lupa kasih tau dari siapa?"
Senja menyeringai sedangkan wajah Yelena mendadak pucat pasi.
"Memangnya dari siapa?"
"Desta."
"Desta? Hih, kapan aku dadah-dadah sama dia, kenal aja enggak." Yelena muntab bibirnya sudah berubah bagai hidung  pinokio.
Senja menatap Yelena lekat-lekat lalu tertawa geli.
"Kamu kemarin itu dadah-dadah ke Jendranya jauh apa deket?"
"Yaaaa, dekeeett ....mmmhh... agak jauh sih."
"Halah ya pantesan. Kamu kayaknya salah orang deh Ye. Pasti yang kamu dadahin itu si Desta terus dia ke-GR-an." Tawa senja meledak.
"Hiih mana mungkin, Â tinggi badan, gaya rambut, dan yang pasti jaket himpunan gak bisa mengelabui pandangan ku, Ja."
"Lha Desta kan satu jurusan sama si Jejen, ya pasti jaket himpunannya sama dong. Terus tinggi badan dan gaya rambut mereka kan pasaran." Senja terkikik.