Yelena melemparkan boks kacamatanya ke atas kasur dengan kesal bagaikan aksi sersan Zig yang melemparkan granat ke arah gerumbulan semak yang di diami tentara Vietkong, dwaaarr!
Hari ini genap satu minggu ia harus menyisipkan boks kacamata minusnya di dalam backpack-nya yang mengembung. Ia tak ingin diomeli lagi oleh maminya karena meninggalkan kacamatanya di meja belajar dengan sengaja karena ia tidak suka melihat wajahnya di interupsi oleh sebentuk kacamata.
"Ye, mana kacamata kamu?" Tanya maminya dengan memasang wajah garang ala master WWE Dave Bautista.
"Ada." Yelena menepuk backpacknya yang tersandar di kursi.
"Kenapa gak dipakai?"
"Nanti, Mi."
"Nanti kapan? Lebaran kuda?" Sang mami mengacungkan sendok kayu ke hadapan anak perempuan satu-satunya itu.
"Ish ... kuda punya hari lebaran gitu?"
Maminya menggeleng berkali-kali menghampiri backpack anak gadisnya lalu mengaduk-aduknya bagai mesin molen milik tetangganya yang berprofesi sebagai juragan kontruksi.
"Kenapa sih kamu gak mau pakai tu barang?" Maminya gusar.
"Aku pakai Mi, tapi di kelas."