Trotoar jalan Asia Afrika yang lapang ternyata membuat hati Jimmy terasa lapang juga. Ia berjalan zig-zag dengan gaya yang sempoyongan, merentangkan tangannya bagai layar kapal Pinisi yang tengah melaut di Samudra Hindia. Â Rein mengikuti Jimmy dari belakang sementara di belakangnya ada Nara yang berjalan dengan tenang.
Rein melangkah pelan diantara hembusan angin siang menjelang sore itu, sementara Nara menatap gadis yang tengah berjalan di depannya. Nara ada di sana karena ajakan Jimmy. Â Ia bertemu Jimmy di Kantin ketika istirahat tadi. Ia yang tadinya berniat akan pergi ke tempat kos Andre mendadak membatalkan acaranya karena omongan Jimmy yang menyebutkan akan pergi bersama Rein.
Nara menjajari langkah Rein dengan tiba-tiba membuat gadis itu sedikit  terkejut.
"Kamu sering ke sini?" tanya Nara.
"Dulu, kalau sekarang sekarang enggak, terakhir kesini  dengan  Yan."
Jimmy terlihat menyebrangi jalan  lalu menyebrang lagi, memutari tiang-tiang bendera di depan Gedung Merdeka.
"Nanti aku mau ke Kantor Pos, di pertigaan sana, tadi Kantor Pos kampus sudah tutup." kata Rein menunjuk ke arah sebuah gedung yang belum terlihat.
"Sekali jalan, dua tiga pulau terlewati?" tanya Nara.
"Sekali dayung, kak." protes Rein.
"Kita kan jalan kaki." Nara menjejakkan kaki kanannya yang berbalut sneakers abu abu dengan keras ke trotoar.
"Lha berarti bukan pulau juga dong, sekali jalan dua tiga tempat terlewati, nah itu yang benar."