"Paling cocok adalah melihat kerlip lampu kota dari kejauhan sambil dengerin Air on The G String, Â coba deh, nih." Nara mengulurkan Walkmannya.
Rein mengerutkan keningnya heran. "Kakak bawa kasetnya Redi?"
"Iya, kamu gak notice ya? Pantes aja dompet bisa hilang, ceroboh."
"Kakak aja yang kayak maling."
"Eh nuduh aku?"
"Kan gak mungkin juga kayak ninja, ninja aja gak kayak kakak." Rein tertawa sambil memasang satu buah earphone di telinga kirinya, mengulurkan satu earphone yang lain ke arah Nara.
Nara menggeleng, Rein memaksa, ia memasangkan satu earphone ke telinga kanan Nara.
"Berbagi itu menyenangkan kak."
Air on The G String mengalun indah di telinga mereka. Â Lampu-lampu di bawah sana seakan ikut menari dengan nada-nada indah milik Johan Sebastian Bach itu. Â Nara benar, lampu-lampu itu seakan hidup, bagaikan beberapa ballerina yang tengah menari dengan gemulainya. Â Rein tersenyum, karena terbius dengan indahnya pemandangan dan lagu yang ia dengarkan, ia tidak menyadari bahwa Nara tengah menatap wajahnya.
"Etude nomor 3 dimainkan di E Mayor, gimana rasanya bisa memainkan komposisi itu kak?"
"Eh euh apa?" Nara terkejut lalu merasa gugup.