Dengan spontan Rein menaburkan tepungnya ke kepala Jed, lagi, lagi dan lagi sambil tertawa lepas. Â Jed tidak menghindar, tidak berteriak dan tidak berkata apa-apa. Ia hanya memandangi wajah Rein yang memerah karena tertawa. Â Jed tersenyum. Â Rein akhirnya menyadari bahwa mangsanya kini tengah memandanginya. Â Rein pun menghentikan aksi tabur tepungnya dan mendadak menjadi sangat kikuk di hadapan Jed.
"Selamat ulang tahun ya, sorry aku gak punya kado buat kamu."
"Tawa kamu adalah kado buatku." Jed menghapus lelehan telur yang mengalir melewati pipinya.
Rein mengeluarkan beberapa lembar tisue dari tasnya, dan menyodorkannya pada pemuda yang sudah tak berupa itu. Â Jed menerimanya dan menghapus beberapa lelehan yang terasa sedikit mengganggu.
Sejenak mereka bertatatapan dalam diam.
"Kamu kotor banget, pulang yuk." Rein mengalihkan pandangannya.
"Mendingan makan-makan, yuk," ajak Jed, senyum terkembang di bibirnya.
"Hmm..." Rein terlihat ragu.
"Sama anak-anak," terang Jed cepat.
Rein tersenyum lalu mengangguk.
Sementara itu ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari balik tiang selasar. Â Mata yang dipenuhi dengan api kemarahan.