Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Di Penghujung Senja (34)

26 Oktober 2017   14:11 Diperbarui: 26 Oktober 2017   14:16 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiba di bengkel Sipil yang letaknya agak jauh di belakang gedung kuliah Tehnik, Jimmy bersiul, rupanya ia memanggil Erik, Indra, Aris, Iwan, Ratri dan Tantri.  Ada senyum-senyum jahil di wajah mereka.  Rein meminta penjelasan pada Tantri dengan kerutan di keningannya dan Tantri hanya tersenyum dengan menempelkan jari telunjuk di bibirnya.

"Dia keluar." Ratri berbisik sementara sudut matanya terlihat melirik Rein tajam.

Rein ikut merasa tegang, siapa yang mereka sebut keluar itu, bak main game Prehistorix di computer Pentium 1 nya Senny yang monitornya kadang harus di gebrak dulu agar menyala, jantungnya ikut berdebar dengan kencang.

Terlihat seseorang berjalan santai dengan baju bengkel overall warna khaki yang masih melekat di tubuhnya.  Tanpa aba-aba bergemalah teriakan Tantri.

"Siaaaapp," seru Tantri.

Dan terjadilah hal yang membuat Rein terkejut setengah mati.

Diawali oleh Jimmy yang setengah berlari sambil merogoh sesuatu dari kantong plastiknya dan menepukkannya di kepala Jed.  Putih telur yang bening berhamburan bersama bagian kuningnya di kepala Jed menghasilkan teriakan terkejut dari pemuda gondrong itu.

"Selamat ulang tahuuuunn." Ratri ikut memecahkan satu buah telur ayam, di ikuti oleh teman-teman lainnya mereka terbahak-bahak sementara Jed terlihat berlarian kesana kemari untuk menghindar.  Rein ikut tertawa, mungkin inilah tawa pertamanya setelah beberapa minggu ia gadaikan.

"Hei Rein, nih sisa satu telurnya, mau coba? It feels good." Jimmy memasang mimik wajah yang kocak.

Rein menerima sebutir telur dari genggaman tangan Jimmy, ia terlihat ragu-ragu.

"Perlu aku pegangin orangnya?" Aris mencoba menangkap tubuh Jed, sementara teman-teman lainnya masih terkekeh bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun