Winda tersenyum. "Aku dibuatkan peta oleh mamanya Shia. Aku nekat, padahal Shia pasti gak suka kalau aku datang kesini."
"Wah masa sih, kenapa memangnya?" selidik Rein.
"Ya gak tau, pokoknya dia suka ngelarang aku datang kesini."
"Oh, kamu deket sama Shia dan keluarganya, ya?"
"Dulu selain satu SMA, rumah kami satu kompleks. Â Waktu SMA kelas 2, keluargaku pindah rumah, tapi aku gak pindah sekolah, jadi kami masih bisa berhubungan. Baru setelah kami masuk kuliah, kami memutuskan untuk tidak berhubungan lagi."
Berhubungan? Pacaran?
Rein mulai resah, ia mengetuk-ngetukan jarinya diatas meja.
"Tapi dua minggu kemarin kita memutuskan untuk berhubungan kembali. Awal ketemu laginya gak sengaja juga sih. Aku ketemu dia ketika dia dengan keluarganya sedang makan malam saat perayaan ultahnya beberapa bulan yang lalu. kebetulan aku habis beliin jam buat adikku, akhirnya jam itu jadi kado ultahnya. Â Sttt, jangan bilang-bilang ke dia ya?" Winda meletakkan telunjuknya di depan bibirnya sambil tertawa kecil.
Berhubungan lagi? Jadian lagi? G-Shock hitam itu?
"Jadi kamu dengan Shia?" tebak Rein sambil menyilangkan kedua telunjuknya.
Winda tersenyum. "Iya."