Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Di Penghujung Senja (23)

18 Juli 2017   17:01 Diperbarui: 18 Juli 2017   18:04 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya mungkin sudah suratan takdir Rend, gak ada yang bisa menolak takdir kan?"

"Kalau bunuh diri, apakah itu takdir juga?" Rein melemparkan pandangannya kearah Rendra.

"Menurut ku, bunuh diri itu takdir juga, tapi takdir yang gak di ridoi sama Tuhan.  Beda sama memakai T-Shirt bikinan kami ini, itu takdir yang di ridoi Tuhan." Rendra tertawa sambil memberikan T-Shirt hitam  bertuliskan kalimat Just say no to drugs kepada Jed.  Jed membuka T-Shirt nya dan menggantinya dengan T-Shirt yang di sodorkan Rendra. 

"Wiih keren banget T-Shirt nya, ada pesannya lagi." Jed menunjuk kalimat yang menempel di dadanya.

"Ah, masih belum seberapa, ini mah hal kecil Jed, kami mampu nya baru sebatas membuat T-Shirt dan memakainya, dan berharap ada yang membaca." Beni membuka vest nya dan menunjukkan T-Shirt dengan tulisan senada seperti yang di pakai Jed.

"Sesuatu yang besar selalu di awali dari hal yang kecil, semangat ya, aku bangga bisa mengenal kalian semua." Jed berkata dengan lantang sambil menepuk pundak Beni.

Rein memegangi kembali kepala Jed membandingkan kembali goresan eyeliner dimata sebelah kiri dan kanannya dengan serius. Pemuda itu diam-diam memandangi wajah Rein, Ia tidak menyangka wjahnya bisa sedekat itu dengan wajah yang selalu mengunjungi malamnya secara tiba-tiba beberapa malam  ini.

Rein mengikat sebagian rambut gondrong Jed ke atas bak para samurai jaman Edo.  Setelah selesai gadis itu kembali menatap wajah Jed, memutar mutar kepala pemuda itu untuk melihat hasil akhir riasannya. Sejenak tatapan mereka bertemu, Jed tersenyum, tapi Rein cepat-cepat memalingkan wajahnya.

"Done." Rein meraih cermin dan membiarkan Jed melihat hasil karyanya.

Jed tersenyum.  Mata Jed yang agak sipit kini terlihat tajam.

"Bibir kamu mau sekalian di poles hitam?" tawar Rein.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun