***
Gue, Ratna, Susan, dan Anti malam itu sedang ngerjain tugas bareng di kosan Fani. Tiba-tiba muncul Keni dan Juli dengan wajah pucat pasi.
“Kalian kenapa?”
“Hiyy ada penampakan di bawah sana, gue kira itu kalian yang mau balas den…” Kalimat Keni terputus.
“Haaaaah bener kan kalian yang nakut nakutin kita malam jumat kemaren?”
Sambil bergidik Keni langsung nyengir.
“Makanya jangan suka ngejailin orang, kena batu nya kan lu berdua.” Anti menunjuk jidat Keni dan Juli bergantian.
“Eh tapi emang bener kalian liat sesuatu di bawah?” Gue jadi penasaran.
“Bukan sesuatu Che, tapi kuntilanak di pohon samping kamar mandi sana, hiiyy.” Juli berlindung di belakang tubuh Fani.
“Aslinya?”
"Yaiyalah, kapan kita pernah bohong sama kalian?" Keni sewot.
"Lha, kemaren-kemaren lu berdua bohong sama kita, masih inget gak?" Balas Susan dengan lebih sewot lagi.
"Iyaaa, maap. Udah ah jangan banyak tanya lagi, gue masih ngeri. Fan, gue tidur di sini ya malam ini.” Keni pasang posisi.
***
Siang itu, sambil menikmati bala-bala ibu kos yang terasa nikmat bersanding dengan teh hangat, gue, Ratna, Anti, dan Fani khusuk mendengarkan cerita ibu kos.
Beliau bercerita, memang benar bahwa di area kosan ini kadang-kadang ada penampakan yang aneh-aneh. Maklum kosan ini katanya dulu adalah area pemakaman. Karena kehororannya, akhirnya kosan ini hanya menerima peserta laki-laki, walaupun ternyata banyak anak laki laki yang gak punya nyali juga sih[caption caption="norma07dp.wordpress"]
“Tapi tenang aja Neng, si kunti mah jarang menampak kan diri. Ya, kalau pun iya, paling cuma sekelebat aja. Yang sering nongol mah, Si Jangkung,”
Gubrak.
Fani terjengkang dari kursi.