"Huh, orang-orang yang egois."
"Mungkin itu demi kebaikan kamu."
"Kebaikan? Ketidakpedulian tepatnya. Tinggalkan aku sendiri. Angin malam gak baik buat kamu."
Rhea pergi dengan langkah yang berat meninggalkan pemuda yang kini duduk santai di bangku kayunya.
***
Hampir setiap malam Rhea bertemu Bara di tempat itu. Seperti biasa kadang Bara tertawa sendiri, tapi terkadang mengajaknya bicara. Rhea kerap menatap matanya yang dingin dan sepi. Mata cokelat yang membuat Rhea selalu ingin menatapnya.
***
Rhea terbelalak mendapati tanaman milik Bara, daun-daunnya terlihat gundul. Rhea sangat panik. Siapa yang berbuat ini? Pasti Bara akan marah besar kepadanya. Selama ini Bara selalu melihat Rhea menyirami semua tanaman ini. Ia pasti akan menuduhnya melakukan ini semua.
***
Malam ini adalah malam kedua Rhea memandangi tanaman milik Bara yang telah gundul. Kini ia tahu mengapa tanaman itu tidak berdaun lagi, Miko akhirnya menceritakan semuanya. Bara datang dan seperti biasa duduk di bangku kayunya. Rhea melirik pemuda itu, penampilannya rapi tidak seperti biasanya. Bara mengeluarkan sebuah kotak yang terlihat seperti kotak rokok dari saku kemeja hijau army-nya. Meletakkan benda itu dengan asal di sampingnya. Rhea menjadi sangat penasaran dibuatnya, ia memandangnya secara diam-diam di antara pakaian yang masih meneteskan air secara berkala.
"Rhe...." Bara memanggilnya.