Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nothing Else Matters

25 Februari 2016   16:36 Diperbarui: 26 Februari 2016   13:29 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

****

Tony tertawa terbahak bahak, ketika Bumi melabraknya karena telah membuat telinganya menderita beberapa minggu ini.
“Makanya Bum, jadi orang tu jangan rese lah. Suka suka orang dong mau dengerin apa.”
“Kamarku adalah kamarku, kamarmu adalah kamarmu.” Tony memegangi perutnya sambil tertawa terpingkal pingkal.
“Nih, dengerin Metallica, band kesukaan kamu.” Tony menjejalkan kaset Metallica ke genggaman tangan Bumi.

****

Bumi memandangi kaset yang ada di tangannya lalu ia masukan ke dalam componya dan mulai mendengarkan. Jam di dindingnya menunjukkan pukul 10 malam, ia mematikan componya segera. Ia buka pintu kamarnya lebar lebar, sebentar lagi Kinan akan datang. Dan seperti malam malam sebelumnya, mereka akan saling bertukar senyum. Bila beruntung, Bumi dapat bercakap cakap sebentar dengannya. Bila lebih beruntung lagi, Bumi dapat mendengarkan banyak cerita dari gadis itu. Dan semuanya terasa sangat menyenangkan baginya.

Bumi menengok jam dindingnya kembali, kini jarumnya telah berada di angka 11 tepat. Kinan belum muncul juga. Bumi tidak tahu mengapa tiba tiba hatinya begitu gundah. Malam itu, ia sama sekali tidak bisa memejamkan matanya.

****

Seorang laki laki berambut panjang tengah mengunci pintu kamar Kinan. Ada sebuah tas besar di sampingnya yang ia angkat dengan segera. Bumi terperanjat dan bertanya tanya dalam hati. Siapakah orang itu ? Apakah Kinan akan pindah kos an? Kemana Kinan?
Dengan tergesa Bumi melesat menghampiri lelaki yang terlihat menyeramkan dengan kacamata hitamnya yang mengancam.
“Maaf Om, Om siapa nya Kinan ya?” Bumi bertanya dengan tergesa.

Lelaki itu memelorotkan kacamata hitamnya. Ada sepasang mata ramah yang sedang menatap Bumi.
“Kamu temannya Kinan?”
Bumi mengangguk.
“Saya Bumi Om, tetangga sebelah Kinan.”
“Ahhh, ternyata kamu yang namanya Bumi.”
“Iya Om, ada masalah?”
“Enggak, Kinan sering cerita sama Om tentang kamu.”
Hidung Bumi mengembang seketika.

“Ikut yuk.”
“Kemana Om?”
“Ke rumah sakit, ketemu Kinan.”
“Loh, Kinan sakit?”
“Iya, kena typus. Ayok masuk.” Lelaki itu membuka kan pintu taft nya untuk Bumi.

****

Kamar Kinan di penuhi oleh orang orang berambut panjang dan bersetelan hitam hitam. Mereka semua bubar ketika Om Bimo dan Bumi memasuki kamar itu.
“Ini Bumi sodara sodara … Bumi…”
“Aaah.” Mereka semua berseru kompak dan mulai tersenyum senyum. Bumi ikut tersenyum, walaupun ia tidak tahu, tersenyum untuk apa.
“Hei Kin, Nih Om bawain oleh oleh.”
Kinan menutup wajahnya dengan bantal.“Hei, katanya kangen sama Bumi.”
“Ihh Om apa sih.” Kinan berseru di balik bantal.
Om Bimo mendorong Bumi.
“30 menit.” Seru Om Bimo sambil tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun