Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nothing Else Matters

25 Februari 2016   16:36 Diperbarui: 26 Februari 2016   13:29 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

****

Malam ini begitu damai, tak ada suara berisik dari kamar sebelah. Bumi memandangi poster the Beatles yang tertempel di dinding kamarnya. John, Paul, Ringgo dan George tersenyum ramah kepadanya. Ia urung menekan tombol Play pada componya, ketika ia mendengar suara langkah kaki yang berderap di luar kamar. Bumi bangkit dari ranjangnya, menyibak kan gorden jendela kamarnya dan memeriksa siapa gerangan yang datang. Dari celah sempit gorden yang ia buka, ia melihat beberapa orang berpakaian serba hitam dan berambut panjang duduk di pinggiran teras kamarnya.

Ini pasti rombongan teman teman si tetangga sebelah.

Sejenak ia mulai membayangkan sosok tetangganya itu. Berambut panjang acak acakan, selalu berpakaian hitam, memakai lipstik, eyeliner, kuteks yang semuanya serba hitam, telinga dan hidungnya di piercing, lalu menangkringkan kelelawar di bahunya. Hiiyy, Bumi merinding sendiri dengan gambaran egois yang ia buat di kepalanya.

****
"Kamu tau gak dia lagi muter lagunya siapa?" Tony merebahkan tubuhnya di ranjang Bumi yang rapi.
Bumi menggeleng acuh tak acuh. "Sorry, bukan aliran." Bumi menjawab dengan ketus, matanya sibuk bergerak ke kiri dan ke kanan, memainkan game sepak bola yang ada di layar monitornya.

"Hmm payah, tau nya cuma The Beatles doang sih.",
"The Beatles itu adalah legenda. Kakek moyang dari band band yang sekarang malang melintang di dunia permusikan. Terus lagu siapa ini? Emang tau?"
"Yaeyalah tau. Kamu lupa ya kalo aku kan suka dengerin lagu lagu kayak gini. Kamu aja dulu yang rese, marah marah gak jelas."

Bumi tertawa geli. Tony dulu memang sering ia marahi bila cowok keriting itu sering memutar musik keras dengan volume yang keras pula. Tony pun tidak terima, mereka sempat cekcok sampai melibatkan bapak kos sebagai mediatornya. Akhirnya mereka berdamai dengan di tandai dengan pemberian headphone oleh Bumi untuk Tony.

"Jadi lagu siapa?" Bumi masih tertawa geli.
“Ini kan lagunya Bruce Dickinson, eh Iron Maiden, 2 minutes to midnight."
"Ooo gitu ya, iya deh percaya."
"Iya harus percaya, ngantuk ah, ikut tidur ya."
Bumi melempar Tony dengan diktat yang ada di dekatnya sementara Tony sudah bablas ke alam mimpi.

Bumi kembali menekuri layar monitornya, kini ia memainkan game balapan motor. Gerakan tangannya sangat tangkas, musik dari kamar sebelah seakan memacunya untuk memenangkan balapan itu. Bumi berteriak girang, ketika akhirnya ia memenangkannya setelah sekian lama di kalahkan oleh tokoh di dalam komputernya.

****

Gadis berpakaian hitam itu menyeringai kepadanya. Kuku kuku nya yang hitam terlihat begitu mengancam di jemari tangannya yang terbuka lebar. Bumi terkejut dan jatuh terpelanting ke belakang ketika gadis itu mulai menghampirinya. Tatapan gadis itu menusuk tajam ke arah jantungnya. Sementara itu, beberapa kekelawar berterbangan di sekelilingnya. Bumi melindungi lehernya dengan kedua tangannya. Ia tidak mau bila tiba tiba gadis itu menerkamnya untuk meninggalkan dua tanda gigitan di lehernya. Mulut Bumi komat kamit membaca doa, alih alih mundur, gadis itu malah menyerbu ke arah Bumi dengan ganasnya. Bumi berteriak sambil lari pontang panting, ia tidak melihat ada batu besar menghalangi jalannya. Ia pun terjungkal, jatuh dari ranjangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun