Mohon tunggu...
ikah lianasari
ikah lianasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bentuk Campur Kode pada Grup WhatsApp "Healing Go"

4 Juli 2023   20:27 Diperbarui: 4 Juli 2023   20:37 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak keanekaragaman, seperti ras, suku, agama, adat istiadat, dan sebagainya. Keragaman ini senantiasa membentuk komunitas atau individu yang beragam pula di dalam komunikasi dan interaksi. Indonesia mengenal tiga bahasa, yaitu bahasa nasional, bahasa daerah, dan bahasa asing. Karena eksistensi ketiga bahasa ini, maka masyarakat Indonesia pun dikenal sebagai bangsa yang multilingual. 

Dengan sifatnya yang multilingual di dalam berkomunikasi, tidak jarang menggunakan lebih dari satu bahasa. Menurut Soejono, bahasa merupakan suatu sarana penghubung rohani yang amat penting dalam hidup bersama.

Salah satu fenomena yang sangat marak sekali terjadi saat ini adalah adanya pergantian (alternation) kode, yaitu campur kode yang dilakukan oleh individu saat berinteraksi atau berkomunikasi. Campur kode termasuk dalam bidang kajian sosiolinguistik. Sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dan hubungan pemakainya dalam masyarakat. 

Campur kode merupakan salah satu ragam bahasa yang digunakan masyarakat bilingual dalam percakapan sehari-hari. Menurut Nababan (dalam Suwandi, 2010:87) campur kode mengacu pada suatu peristiwa penutur mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa yang menuntut pencampuran bahasa itu. 

Selain itu, Subyakto (dalam Suwandi, 2010:87) menyatakan bahwa campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih atau ragam bahasa secara santai antara orang-orang yang kita kenal dengan akrab. Selanjutnya Nursaid dan Marjusman Maksan (dalam Murliyati,2013: 284) membagi campur kode ke dalam dua aspek, yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing), dan campur kode ke luar (outer code mixing).

Jika ditelaah lebih dalam, fenomena campur kode sering kita temui di dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini dapat dilihat dari lingkungan sekitar pada komunikasi antara penutur dan petutur, baik secara tertulis maupun lisan di media elektronik atau media cetak. 

Campur kode memiliki peranan yang vital karena ini dapat merefleksikan penggunaan variasi bahasa oleh seorang individu atau kelompok masyarakat, khsusunya dalam penggunaan bahasa pada masyarakat yang bilingual atau multingual. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena campur kode saat ini tidak hanya terjadi pada media elektronik dan media cetak. Terdapat satu media yang baru di mana fenomena campur kode seringkali terjadi, yaitu media chatting, seperti WhatsApp.

WhatsApp cukup efektif digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain, baik bersifat pribadi maupun umum. WhatsApp sendiri dirancang sebagai medium untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan basis teks, suara, dan video. 

Terdapat beberapa fitur yang disediakan oleh WhatsApp yang menarik untuk digunakan, salah satunya adalah fitur WhatsApp Group. Berbeda dengan personal chat atau chat pribadi, WhatsApp Group memiliki jangkauan percakapan yang luas karena fitur memungkinkan banyak pengguna untuk bergabung di dalam suatu grup. 

Di dalam grup ini, para pengguna memiliki kebebasan untuk berbagi dan berinteraksi untuk membahas sesuatu mulai dari pembahasan yang ringan hingga pembahasan yang terbilang serius. 

Pada interaksi inilah, penulis berasumsi bahwa terjadi peralihan bahasa berupa campur kode yang dilakukan oleh peserta grup. Grup WhatsApp yang dipilih oleh penulis adalah grup "Healing Go", yaitu para remaja yang suka traveling, lebih tepatnya jalan-jalan. Peserta terdiri dari empat orang yang berasal dari latar belakang sosial berbeda-beda, dan penulis sendiri tergabung di dalam grup tersebut.

Data penelitian ini berupa percakapan para remaja pada grup WhatsApp. Grup tersebut terbentuk sejak tanggal 26 Desember 2022. Oleh karena durasinya yang sudah cukup lama, maka penulis memutuskan untuk mengambil beberapa data dan menganalisa data yang sudah terwakili. 

Jika ada data yang sifatnya sama, maka penulis mengambil data representatif. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesamaan data dan data yang berulang. Penulis menganalisa data dengan cara mengelompokkan data menjadi dua kategori, yaitu campur kode ke dalam (Inner Code-Mixing) dan campur kode ke luar (Outer Code-Mixing).

1. Campur Kode ke Dalam (Inner Code-Mixing) 

Campur kode ke dalam adalah campur kode yang menggunakan bahasa asli dengan segala variasinya. Seperti data yang dari WhatsApp Group berikut ini.

Data 1

Ikah Lianasari: "Palay amat heh"

Teh Iyum: "Geura balik kah ja kabulan agustus mah sudah habis"

Dari data di atas, terdapat campur kode ke dalam, yaitu campuran bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Teh Iyum bahwa ke bulan Agustus sudah habis. Dalam bahasa Sunda, "Eunggeus beak."

Data 2

Teh Iyum: "Hahaha nyahoan lu"

Rohmah: Nyaho. Dahareun masa lampau."

Dari data di atas terdapat campur kode ke dalam, yaitu adanya sisipan bahasa Sunda, "Dahareun" yang artinya makanan.

 Data 3

Teh Mini: "Jalan2 dulu ges samemeh gawe."

Rohmah: "Alaahh."

Dari data ke 3 di atas, The Mini mengungkapkanjika   dia ingin memberitahukan kepada teman-teman grup untuk pergi jalan-jalan sebelum berangkat bekerja. "Samemeh gawe" merupakan bahasa Sunda yang artinya "sebelum bekerja."

2. Campur Kode ke Luar (Outer Code-Mixing)

Campur kode biasanya terjadi karena ketidaksengajaan dengan suasana baik formal maupun informal. Berikut merupakan data-data yang diperoleh.

Data 1

Ikah Lianasari: "Mobil nageh horng angkot"

Teh Iyum: "Wkwkwk kalo mobil pribadi mah mabok yess"

Dari data di atas, tedapat campur kode keluar, yaitu campuran anatara bahasa Indoensia dan bahasa Inggris. Kata "Yess" merupakan bahasa Inggris yang artinya "iya"

Data 2

TehAsmi: "mun bisamh sabtu isuk"

Ikah: "Sabtu kuliah full, paling bisa ana sore"

Dari data di atas, Ikah memberitahukan bahwa hari Sabtu dia tidak bisa ikut. Ikah berbicara dengan campur kode keluar, yaitu campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. "full" artinya "Penuh."

Data 3

Teh Iyum: "Nanti lu juga glowing selfie pake hp gueh"

Rohmah: "Hahaha edan."

            Dari data di atas, ada campur kode keluar, yaitu adanya percampuran antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Nah, dari data-data yang telah disajikan terdapat fenomena mutilingualise yang terjadi pada percakapan para remaja pada media grup WhatsApp. Multilingualisme tersebut berupa adanya penggunaan campur kode (code-mixing), yaitu campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode ke luar (outer code-mixing). Campur kode terjadi karena adanya latar belakang sosial, tingkat pendidikan, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun