Era globalisasi dan modernisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh negara-negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupan. Menolak dan menghindari modernisasi dan globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat internasional. Kondisi ini tentu akan menyulitkan negara tersebut dalam menjalin hubungan dengan negara lain.
Masuknya dua hal tersebut telah memberikan dampak positif dan negatif terhadap negara Indonesia sendiri tentunya. Modernisasi muncul dengan ditandai dengan mulai merebaknya sistem globalisasi dimana setiap negara atau individu mulai saling bekerjasama dan peniadaan sekat atau batas antar negara.
Perubahan sosial budaya merupakan sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan salah satu pengaruh yang besar adalah kebudayaan dari negara lain.
Saat ini kebudayaan yang sangat berkembang di berbagai belahan dunia yang dapat dirasakan oleh banyak pihak, tidak terpaku dari jenis kelamin, usia, tua maupun muda semua dapat merasakan budaya tersebut.
Kebudayaan tersebut menjadi sebuah fenomena yang berkembang pesat di masyarakat dunia, fenomena yang dilahirkan oleh Korea Selatan, yakni fenomena Korean Wave atau Gelombang Korea.
Korean Wave adalah sebuah istilah yang sekarang populer digunakan menandakan bahwa kultur tersebut mendunia lewat musik, drama, film serta bahasanya. Perkembangan fenomena dari Korean Wave ini mendapat perhatian dunia, karena kemampuannya memikat banyak pihak terutama kalangan remaja.
Kemunculan fenomena Korean Wave mulai dapat dirasakan secara nyata terutama bagi negara-negara yang terkena dampaknya. Keberadaan drama-drama yang ditayangkan di saluran televisi lokal, menjamurnya barang-barang buatan Korea, makanan Korea, atau sering diputarnya musik dari artis Korea kini terjadi di banyak tempat.
Dalam skala lebih besarnya adalah mulai menjamurnya konser-konser artis asal Korea Selatan di berbagai negara. Indonesia termasuk negara yang mendapat pengaruh dari keberadaan dan masuknya Korean Wave.
Di Indonesia sendiri dapat dirasakan keberadaan dari Korean Wave itu sangat familiar. Mulai dari radio, restoran dan iklan di televisi banyak yang memakai background music dari lagu-lagu boyband maupun girlband dari Korea Selatan.
Pada akhir-akhir ini, kekuatan globalisasi dikombinasikan dengan efek media internasional dan berita saluran, teknologi komunikasi dan keterkaitan meningkatnya dunia berarti bahwa semakin banyak orang di seluruh dunia dipengaruhi oleh peristiwa Korean Wave.
Namun, meskipun Korean Wave ini diterima dengan baik oleh kondisi sosial dan budaya di Indonesia, hal ini juga memberikan dampak kurang baik yang salah satunya adalah perubahan sosial yang terjadi pada generasi muda bangsa Indonesia adalah munculnya budaya hedonisme dimana budaya ini mulai merubah masyarakat usia muda yang berkisar usia 18-25 tahun.
Banyak fenomena hedonisme yang berkembang di masyarakat akan semakin menunjukkan bagaimana pola perilaku sesorang telah berubah mengikuti pola perilaku budaya negara lain.
Dampak dari adanya globalisasi menjadi suatu permasahan di dunia yaitu ialah adanya fenomena Korean Wave menimbulkan efek luar biasa yang kian menjalar dan secara continue akan mengikis minat untuk mempelajari kultur budaya di negeri sendiri.
Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus, tentunya akan dapat menimbulkan kebingungan identitas diri pada remaja Indonesia. Bagi pelajar yang terlalu fanatik terhadap idol mereka juga mengakibatkan menurunnya minat belajar dan berpengaruh terhadap prestasi di sekolahnya karena ia hanya memikirkan idolnya saja, mengikuti perkembangan idolnya, menonton konser, streaming music video dan hal-hal lainnya yang sangat tidak menguntungkan baginya.
Semakin berkembangnya Korean Wave di Indonesia menjadikan kemungkinan plagiarisme atau peniruan semakin besar. Selain itu kegiatan plagiarisme juga memberikan dampak negatif bagi plagiatnya. Mereka menjadi tidak kreatif dan tidak bisa berkreasi sendiri, hal ini dapat menjadikan seorang plagiat menjadi orang yang malas.
Seiring berkembangnya kemajuan zaman, gaya hidup hedonis semakin merajalela meracuni kalangan masyarakat di suatu negara, baik itu dari segi kaum muda sampai pada kaum tua. Hal itu dapat dicontohkan dengan menyebarnya tempat tempat hiburan malam (diskotik). Dari kaum muda hingga kaum tua datang menghabiskan waktu bersenangsenang, berfoya-foya, berjudi, minum-minuman keras, berzina dan sebagainya.
Selain itu, mereka juga menghamburkan uang utuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk memuaskan segala keinginannya. Hedonisme juga merubah gaya berpakaian bagi para faham yang menganutnya, pada umunya mereka berpakaian setengah telanjang, bahkan tidak malu malu mengumbar auratnya didepan umum.
Sudah banyak sekali masyarakat di berbagai negara yang menjalani gaya hidup tersebut, bahkan mendapatkan dukungan dari ligkungan sekitar, khususnya di kota-kota besar.
Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan adanya kemitraan global. Berdasarkan salah satu tujuan ke-17 dari SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu, Kemitraan untuk mencapai tujuan (Partnership for The Goals). Menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan.
Dalam lingkup global, kemitraan yang dilakukan melalui organisasi internasional merupakan suatu strategi yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Sosial dan Kebudayaan merupakan dasar/landasan maupun sebuah alat, tujuan kegiatan-kegiatan kemitraan.
Kemitraan sosial budaya boleh dikatakan tidak hanya penerapan, pemberdayaan kebudayaan untuk memperbaiki perilaku diplomasi, tetapi juga menggunakan kemitraan global dalam diplomasi untuk menghormati dan melestarikan kebudayaan.
Kemitraan budaya menekankan penggunaan budaya sebagai modal utamanya dan secara natural memberikan ruang untuk pastisipasi yang lebih luas. Kemitraan budaya menggunakan hasil-hasil kebudayaan sebagai manifestasi utamanya, misalnya, melalui promosi kebudayaan yang dimiliki oleh suatu negara, melalui mode pertukaran edukasi, seni dan budaya populer (literatur, musik, dan film).
Seperti halnya dalam konsep diplomasi kebudayaan, yang merupakan usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri khas yang utama, misalnya propaganda dan lain-lainnya.
Dengan demikian, kemitraan merupakan pendekatan yang dinamik, lembut dan dapat mengembangkan diplomasi di sektor keanekaregaman kebudayaan dan sosial, beberapa negara supaya menjadikan tantangan menjadi kesempatan, menjadikan pertentangan, persaingan menjadi dialog dan kerjasama.
Adanya peran Organisasi Internasional sebagai instrumen dapat diartikan bahwa organisasi internasional menjadi alat atau instrumen kepentingan negara-negara anggotanya untuk dapat mewujudkan kepentingan nasionalnya masing-masing.
Keberadaan organisasi internasional merupakan peruwujudan kesepakatan multilateral antara negara-negara anggotanya dan dianggap sebagai hal yang penting dalam kebijakan nasional masing-masing negara anggotanya
Organisasi internasional memiliki peran sebagai wadah untuk menggalang kerjasama dan mencegah intensitas konflik untuk sesame anggota Adapun salah satu organisasi internasional yang berperan dalam permasalahan sosial budaya ialah United Nations Educational Scientific and Cultural Organization atau biasa dikenal dengan sebutan UNESCO.
UNESCO merupakan sebuah organisasi independen yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Organisasi UNESCO merupakan sebuah organisasi fungsional, sebagaimana klasifikasi dari organisasi, yang keanggotaannya tidak terdiri dari negara bangsa.
Dalam hal ini, UNESCO memiliki peran untuk melestarikan warisan budaya suatu bangsa dan kedua membangun kebudayaan nasional yang modern. Hal ini diharapkan dapat membentuk masyarakat yang mampu membangun dirinya sederajat dengan bangsa lain dan tangguh menghadapi tantangan kemerosotan mutu lingkungan hidup akibat arus ilmu dan teknologi modern ataupun tren global yang membawa daya Tarik kuat kearah pola hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa yang dapat meminimalisir terjadinya dampak globalisasi sosial budaya yang berlebihan.
UNESCO juga memiliki peran dalam mendorong masyarakat Indonesia untuk melestarikan, menunjukkan dan mencintai budaya sendiri serta bangga akan produk lokal Indonesia. Indonesia harus mampu untuk membangun masyarakat yang kaya akan budaya sendiri di tengah-tengah perkembangan Korean Wave di Indonesia, peran lembaga pendidikan sangat penting untuk menggali ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pelestarian nilai-nilai dan moral bangsa Indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa peranan UNESCO dalam melestarikan kebudayaan dunia dan meminimalisir terjadinya timpang tindih budaya dari globalisasi, yaitu:
1. Membentuk konvensi yang melahirkan komitmen untuk melindungi kebudayaan dunia.
2. Mampu membentuk aturan main yang mengatur warisan budaya dunia.
3. Mampu menjadi ruang bagi negara-negara anggota untuk membahas dan berdialog secara khusus mengenai kebudayaan.
4. Menghasilkan komite yang memberikan klasifikasi dan kriteria penelitian sekaligus melakukan penilaian.
5. Menetapkan dan mengakui suatu kebudayaan sebagai sebuah warisan budaya dunia.
Indonesia dan Korea Selatan mempunyai hubungan yang saling melengkapi, kedua negara ini berupaya untuk saling mengisi satu sama lain. Indonesia memerlukan modal atau investasi, teknologi serta produk-produk teknologi.
Dengan ini Korea Selatan berpotensi besar dalam menawarkan peluang yang baik sebagai sumber modal atau investasi, menjadi alternatif sumber teknologi khusunya di bidang heavy industry, information technology, dan telekomunikasi. Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat dalam beberapa dekade terakhir memberikan peluang pasar yang sangat besar, sumber alam dan mineral serta tenaga kerja.
Pengaruh Korean Wave membawa dampak positif kepada kalangan remaja yang semakin tertarik untuk mempelajari budaya baru dan bahasa asing. Korean Wave di Indonesia memberikan semangat baru kepada remaja untuk memotivasi dirinya agar balajar lebih keras lagi dan memberikan motivasi untuk menempuh pendidikan di Korea Selatan.
Korea Selatan menjadi negara idaman bagi para penggemar Korean Wave untuk menempuh pendidikan khususnya perguruan tinggi. Banyak universitas ternama di Korea Selatan yang memberikan fasilitas dan program studi menarik. Korea Selatan juga banyak memberikan beasiswa bagi mahasiswa internasional.
Banyak pelajar Indonesia yang berminat untuk menempuh pendidikan di Korea Selatan. Salah satunya, antusias tinggi pelajar Indonesia dalam Korean Education Fair, pameran yang bekerja sama dengan beberapa universitas di Korea untuk memberikan beasiswa dan peluang bagi para pelajar yang berminat.
Pemerintah Korea Selatan dianggap sukses dalam mempromosikan budaya populernya melalui media seperti drama, film, dan lagu. Fenomena Korean Wave tidak hanya muncul sebagai pengaruh budaya, tapi juga membuat Korea Selatan terlihat lebih ramah dan familiar di antara negara-negara Asia. Kesuksesan drama Korea sedikit banyak menunjukkan superiorisme dari drama Barat (Hollywood).
Saat Asia mampu merepresentasikan dan menampilkan nilai-nilainya kepada khalayak banyak. Korean Wave memiliki kemampuan untuk mendominasi produksi dan distribusi produk budaya. Dengan kata lain, memiliki implikasi nyata pada kekuatan ekonomi Korea Selatan.
Budaya populer dan media secara berkala diidentifikasikan sebagai sumber soft power dalam diplomasi budaya di bidang kerjasama antar negara. Secara khusus budaya populer Korea digunakan sebagai kekuatan untuk mendorong produk budaya dan menaikkan perekonomian negara. Korea Selatan pun sukses melakukannya baik di level regional maupun internasional.
Dalam bidang pariwisata, kedua negara setuju untuk mempromosikan two way tourism dengan mempermudah urusan visa bagi turis Indonesia ke Korea Selatan. Selain itu Indonesia mengundang kerjasama perusahaan Korea Selatan dalam pembangunan sektor pariwisata baru.
Kedua negara telah menyepakati “Memorendum Saling Pengertian Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Republik Korea Mengenai Kerjasama Di Bidang Pariwisata” pada tahun 2006, dalam kesepakatan ini Indonesia dan Korea Selatan bekerja sama untuk meningkatkan dan memperkokoh kerjasama antar kedua negara melalui bidang pariwisata dengan sikap saling menghormati dan juga saling menguntungkan.
Indonesia dan Korea Selatan telah mendorong mempromosikan dan memajukan arus wisatawan melalui udara dan laut antar kedua negara, melakukan pertukaran pengalaman, kunjungan studi lapangan, studi banding dan pertukaran informasi baik dalam hal pengembangan produk, pendidikan dan pelatihan, maupun penelitian dan pengembangan, serta dengan mendorong kerja sama sektor swasta. Indonesia berupaya untuk meluaskan pasar pariwisata dan memperkenalkan mengenai Wonderful Indonesia ke Seoul.
Dan sebaliknya, KBRI Seoul secara aktif melakukan promosi seni dan budaya Indonesia ke berbagai kalangan di Republik Korea melalui kegiatankegiatan berkala di antaranya seperti, Indonesian Day di sekolah-sekolah dan Museum; Kelompok Tari Tradisional Indonesia (KTTI) yang berlatih setiap hari Sabtu di KBRI Seoul; Pembukaan kelas gamelan untuk masyarakat Korea Selatan; Memberikan kelas gamelan di Seoul Institute of the Arts; Kelas Bahasa Indonesia di KBRI Seoul dan Institusi – Institusi di Korea Selatan.
Dengan demikian, adanya diplomasi kebudayaan pengaruh Korean Wave terhadap kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan mempunyai hubungan yang saling melengkapi, kedua negara ini berupaya untuk saling mengisi satu sama lain.
Dilihat segi hubungan kedua kebudayaan sosial dan budaya negara sangat mendalam. Kerja sama dalam bidang pendidikan jumlah penerima beasiswa dari Pemerintah Korea Selatan untuk pelajar Indonesia tiap tahun mengalami kenaikan, selain itu di beberapa universitas Korea Selatan juga dibuka kelas dan studi mengenai Indonesia, begitupun sebaliknya.
Kerja sama dalam bidang sosial budaya dan pariwisata, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan berkomitmen untuk lebih memperkuat hubungan persahabatan people to people, serta memajukan dan mengembangkakn hubungan di berbagai bidang seperti kebudayaan, seni, pendidikan, IPTEK dan pariwisata.
Diplomasi Kebudayaan ini dikatakan telah Sesuai dengan tujuan dari implementasi SDGs yang ke-17 yaitu, memiliki tujuan menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H