Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan yang Disambangi Ka'bah

11 Juni 2021   09:55 Diperbarui: 11 Juni 2021   10:10 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Ibu Murni juga paling sering disebutkan oleh panitia Masjid ketika membacakan daftar para donatur.  Tak pelak lagi Ibu Murni adalah tokoh perempuan di kampungnya. Satu-satunya yang kurang selama ini, karena ibu Murni belum dipanggil dengan gelar Bu Hajjah. Tetapi kini itu bukan soal lagi. Tak perlu menunggu sinetron 'Ikatan Cinta' kelar untuk segera bergelar hajjah. Bulan depan Ibu Murni sudah berangkat haji. Tinggal menunggu barang sejenak saja, Ibu Murni akan segera menggenapi gelarnya, "Bunda Hajjah Murni Andi Bintang." Andi Bintang nama suaminya, seorang bangsawan terpandang. Sementara bunda adalah panggilan spesial untuk Ibu Murni di kalangan ibu-ibu. Konon panggilan bunda itu tidak untuk sembarang ibu-ibu. Hanya yang berkelas saja yang akan dipanggil dengan sebutan bunda.    

Acara syukuran naik haji Ibu Murni ramai dihadiri orang. Semuanya menyalami Ibu Murni dan suaminya dengan hangat. Mereka minta didoakan di depan Hajar Aswad, agar mereka juga segera dipanggil ke Baitullah. Tentu tidak lupa foto-foto.  Ponsel segera beraksi, lampu kamera silih berganti menyala. Semua berlagak jadi fotografer profesional. Jepret sana-sini. Ada yang memfoto barang-barang yang akan diboyong ke tanah suci, mengambil gambar tasnya, memotret kerudungnya,  minta selfi dan segala macamnya. Media sosial akan segera banjir foto-foto upacara selamatan naik haji ibu Murni.

"Jangan lupa kirim gambar-gambarnya jika sudah ada di depan Ka'bah Bunda!" Celetuk Ibu Rini, salah satu teman dekat Ibu Murni.  Dia juga dikenal rajin memposting semua aktivitasnya di beranda media sosialnya.

"Insyaallah....,bahkan jika Allah mengizinkan saya akan posting video-video sejak turun dari pesawat..." Balas Ibu Murni dengan penuh keyakinan.

"Mantap...kalau begitu bunda" Timpal ibu-ibu yang lain.

Namun kemana Ibu Saminah? Bukankah selama ini dia yang paling sering menyimak kasidah 'panggilan haji'. Sekarang tetangganya naik haji, tapi kenapa ia tidak muncul di seputar ibu-ibu yang sedang sibuk foto-foto?

Ibu Saminah ada. Dia tidak kemana-mana. Tetapi seperti biasa, bersama dengan beberapa perempuan lain, dia sedang berjibaku di dapur. Dia ikut memasak. Menjerang air. Begitu bersemangat menyiapkan makanan untuk para tamu dan dengan cergas menyajikannya satu demi satu. Parasnya selalu tersenyum. Setiap berpapasan dengan tamu, dia mengangguk ramah. Jelas terlihat dia begitu bahagia karena tetangganya, Ibu Murni, naik haji.  Tetapi seperti biasa dia tidak banyak bicara.

Satu bulan kemudian, Ibu Murni telah terbang ke Tanah Suci. Seperti janjinya ia segera memposting foto-foto dirinya selama berada di Tanah Kelahiran Nabi Muhammad SAW.  Sesekali mengirim video live streaming dari facebook. Fotonya di hadapan Ka'bah yang dipostingnya di beranda facebooknya di-like nyaris 500 orang. Kolom komentarnya banjir berbagai ucapan. Diam-diam muncul rasa bungah dalam dadanya.  Tetapi di saat yang sama nurani terdalamnya buncah. Ada  perasaan cemas setipis kulit bawang, dirinya terjatuh pada sikap ria. "Tetapi bukankah kebaikan memang perlu disebar?" Sergah batinnya cepat.

Suatu hari seperti biasa dia kembali memvideokan beberapa aktivitasnya di seputar Masjidil Haram. Termasuk ketika dia berada di hadapan Ka'bah. Dia mengambil video orang-orang di seputar Ka'bah. Termasuk seorang perempuan berkerudung hitam yang tengah salat di sekitar Hijir Ismail. Lebih dari sepemutaran tik tok Ibu Murni  mengambil gambar,  lalu videonya diposting di beranda facebook-nya.

Setelah kembali ke penginapan, postingannya segera dilihatnya kembali. Banjir like dan beragam tanggapan muncul di kolom komentarnya. Ibu Murni tersenyum membacanya. Tiba-tiba saja matanya terhunjam pada satu komentar.  Itu komentar Ibu Ani, salah seorang tetangganya di kampung. Tetapi bukan karena Ibu Aninya yang membuat perhatiannya terbetot sedemikian rupa, tetapi komentarnya.

"Ibu Murni...! Bukankah perempuan di samping Hijir Ismail yang sedang salat itu adalah Ibu Saminah, tetangga kita?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun