Jika kami masih menyadari rasa pilu yang menyergap batin, doja Badollahi seperti lupa diri. Setelah salam, Ia berzikir. Tahlil, tasbih, tahmid dan takbir menggeletar keluar dari mulutnya. Serentak kami pun ikut serta. Dan tiba-tiba..! Ketika takbir usai dilantunkan , doja Badollahi melantunkan syair al-i'tiraf Syair pengakuan atas dosa-dosa. Tidak lazim dizikirkan dalam salat, tapi kini dilakukan oleh doja Badollahi.
Saya melirik ustaz Abu Jaropi beberapa jenak. Tapi Ia pun larut melantunkan syair Al-i'tiraf itu. Saya pun kemudian tenggelam dalam keharuan pengakuan dosa tersebut. Segenap yang ada larut. Bumi hening, langit seolah terpekur, pepohonan terdiam, udara membeku, dan semua makhluk Allah tegak terpaku. Nun sarwa sadar, mereka tak lain adalah hamba yang penuh dosa. Jika bukan kemurahan Sang Pencipta, maka apalah jadinya para hamba tersebut. Â Dalam malam yang menggigil dengan gelap yang mencekam, udara desa Kindang itu bergetar oleh pengakuan dosa para hamba Allah. Â Â
"Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa 'alaa naaril jahiimi
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdzambil 'azhiimi
 Dzunuubii mitslu a'daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali
Wa 'umrii naaqishun fii kulli yaumi wa dzambii zaa-idun kaifah timaali
 Ilaahii 'abdukal 'aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qad da'aaka
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjuu siwaaka"
wallahu a'lam bissawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H