Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lahirnya Sang Pendekar (Serial Burik Cilampakna Kindang)

23 Desember 2017   22:04 Diperbarui: 24 Februari 2018   08:32 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang lelaki melompat dari atas kuda. Orang yang memondong Bunga seketika menghentikan langkahnya. Sementara lelaki yang baru datang menatap lekat-lekat ke arahnya.

"La Tahang....!!" Ucap orang yang memondong Bunga.

"Daeng Ranrang....". Timpal, orang yang baru datang yang tidak lain adalah La Tahang adanya. La Tahang memperhatikan orang yang dibopong oleh Ranrang. Matanya tampak berkilat-kilat marah.

"Daeng Ranrang, perbuatan jahat apa yang telah kau lakukan". Teriak La Tahang dengan gusar.

"La Tahang, saya harap jangan salah paham, aku juga tidak tahu apa yang terjadi, tapi saat ini yang paling penting kita menyelamatkan nyawa Bunga dan nyawa calon anakmu".

"Menyelamatkan nyawa Bunga ? Nyawa anakku ? Anak yang mana ?"

"Sudahlah....! Ayo cepat bawa Bunga ke nenek Minasa!"

"Tidak...! tidak ada yang bisa meninggalkan tempat ini". Sahut La Tahang, suaranya seperti teriakan. Tangannya terkepal menggantung di kedua sisi tubuhnya. Matanya menyala-nyala menatap Ranrang. "Letakkan kembali Bunga di tempat di mana engkau mengambilnya !"

"La Tahang...sekarang bukan saatnya saya berbantah denganmu, ambil istrimu bawa ke atas, sekaligus kau lihatlah apa yang terjadi atas Ibu Bunga,  mertuamu. Sekarang saya akan mencari Nenek Minasa. Semoga Bunga baik-baik saja, nanti kau bisa minta penjelasan padanya mengenai apa yang terjadi ".

Tanpa menghiraukan La Tahang, Ranrang bergerak maju ke depan kemudian mengangsurkan tubuh Bunga ke La Tahang. Mau tidak mau La Tahang menerima sosok Bunga lalu memondongnya. Sesaat Ia memperhatikan wajah Bunga yang pucat, kemudian beralih ke arah bagian bawah tubuhnya, dilihatnya darah mengalir semakin banyak. Melihat itu, meski rasa gusar masih memukul-mukul dadanya, tak ayal Ia pun tercekat. Buru-buru La Tahang memondong tubuh Bunga lalu bergegas naik ke atas rumahnya.

Begitu Ranrang menyerahkan tubuh Bunga ke La Tahang. Ia pun segera hendak berlalu dari tempat itu, namun dari arah depan Tompo datang berlari dengan terengah-engah.   Belum sempat Tompo berkata. Ranrang sudah mendahului bicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun