Mohon tunggu...
Iis Santi Wirastuti
Iis Santi Wirastuti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Momwriterpreneur

Ibu rumah tangga yang menyenangi dunia anak-anak, bisnis dan literasi. Menulis menjadi bagian dari caranya berbagi inspirasi tentang pengasuhan anak-anak, keluarga dan dunia perempuan. Sekaligus meninggalkan jejak karya atas setiap ilmu, hikmah dan pengalaman hidup.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Bagaimana Menghukum Anak Saat Berbuat Kesalahan? Berikut Cara yang Dilakukan Oleh Rasulullah SAW

30 September 2023   13:01 Diperbarui: 30 September 2023   13:19 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Hallo, Kompasianers! 

Parents, pasti sudah tidak asing dengan istilah Reward and punishment, ya? Ini merupakan salah satu teknik dalam parenting, terutama untuk proses pembentukan perilaku anak. 

Namun, memberikan hukuman kepada anak ini seringkali menjadi polemik tersendiri bagi orang tua. Di satu sisi orang tua ingin menerapkan kedisiplinan, tapi di sisi lain pemberian hukuman bisa meninggalkan efek negatif pada diri anak, jika penerapannya tidak sesuai. 

Hukuman (punishment) merupakan salah satu metode mendidik anak yang juga dianjurkan dalam Islam. Metode ini dinilai sangat efektif untuk membuat anak jera setelah melakukan suatu pelanggaran atau perilaku yang tidak baik/ tidak sesuai aturan.  Maka hukuman menjadi sarana dalam pendisiplinan anak terutama untuk mengatasi penyimpangan anak, mendidiknya,  meluruskan kesalahannya dan membentuk akhlaq serta mentalnya. 

Prinsip Memberikan Hukuman pada Anak

Dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam yang ditulis DR. Abdullah Nashih 'Ulwan, ada beberapa prinsip dalam memberikan hukuman kepada anak. Yaitu, 

1. Bersikap lemah lembut adalah hal yang pokok dalam memperlakukan anak. 

 Rasulullah, SAW bersabda :

"Beritahukanlah dan janganlah membuat takut,  karena orang yang memberitahukan itu lebih baik daripada yang bertindak kasar" (HR. Al-Harist,  Ath-Thayalisi,  dan Al-Baihaqi) 

2. Memperhatikan karakter anak yang melakukan kesalahan dalam memberikan hukuman. 

Anak-anak memiliki kecerdasan, respon dan karakter yang berbeda-beda. Ada anak yang pendiam, perasa, cuek atau ada pula yang tempramental. Sehingga ada anak yang untuk menegur kesalahannya cukup dengan orang tua pasang muka masam. Tapi ada yang harus ditegur dengan kata-kata atau bahkan ada yang perlu harus dengan pukulan.  

Para ahli pendidikan Islam berpendapat bahwa orang tua tidak boleh memberikan hukuman, kecuali dalam keadaan terpaksa. Tidak diperbolehkan juga menghukum dengan pukulan kecuali sebelumnya memberikan ancaman, untuk memperingatkan anak. 

Hal tersebut karena hukuman dengan kekerasan akan memberikan efek negatif pada anak. Ibnu Khaldun menyampaikan bahwa anak yang terbiasa dididik dengan cara kekerasan dan kasar akan membuat anak menjadi lemah dan penakut, merasa sempit,  hilang semangat, malas dan terdorong untuk berbohong karena takut terkena hukuman.

3. Memberi hukuman secara bertahap, dari yang ringan sampai yang keras.  

Imam Al-Ghazali,  menjelaskan bahwa orang tua harus memberikan respon yang sesuai terhadap kesalahan anak. Dan anak-anak harus diperlakukan sesuai dengan karakternya. 

Orang tua harus mencari penyebab yang mendorong anak melakukan kesalahan, memperhatikan usianya, pengetahuannya, dan lingkungan sekitarnya. Setelah itu, baru bisa menentukan cara yang tepat untuk memberikan hukuman seperti apa terhadap kesalahan tersebut. 

Cara Rasulullah SAW Mengatasi Kesalahan yang Dilakukan Anak

a.  Menunjukkan kesalahan dengan mengarahkannya

Saat melihat anak melakukan kesalahan, orang tua perlu menyampaikan secara langsung koreksi atas kesalahan tersebut, dan menunjukkan bagaimana cara/ sikap yang benar. 

b.  Menunjukkan kesalahan dengan sikap lemah-lembut

Orang tua menunjukkan kesalahan anak dengan mencontohkan hal yang benar secara lemah lembut. 

Seperti saat Rasulullah meminta ijin kepada Abdullah bin Abbas saat ingin memberikan gelas kepada para tamu yang lebih tua dari Abdullah bin Abbas. Rasulullah dengan lemah lembut mengatakan "apakah engkau mengijinkanku memberikan gelas ini kepada orang-orang yang lebih tua?"

c.  Menunjukkan kesalahan dengan isyarat

Saat anak melakukan kesalahan, orang tua dapat menegur anak dengan memberikan isyarat / kode atau dengan mengalihkan/ menghentikan perbuatan tersebut. Meski tidak dibarengi dengan penjelasan secara langsung, karena anak sudah cukup paham dengan apa yang kita lakukan. 

d.  Menunjukkan kesalahan dengan menegur

Orang tua memberikan teguran langsung kepada anak saat anak melakukan kesalahan. Seperti saat Rasulullah memperbaiki kesalahan Abu Dzar ketika mencela seseorang dengan menyebut ibunya perempuan hitam. 

Rasullullah menegur dengan mengatakan, "wahai Abu Dzar, apakah engkau mencacinya dengan nama ibunya? Sesungguhnya engakau adalah orang yang ada sifat jahiliyahnya" kemudian Rasulullah menasihatinya. 

e.  Menunjukkan kesalahan dengan menjauhinya

Saat anak melakukan kesalahan, orang tua dapat mendiamkan atau menjauhinya setelah memberi tahu bahwa ia melakukan kesalahan. Seperti saat Rasulullah mendiamkan Ka'ab bin Malik saat dia tertinggal di perang Tabuk. Dan juga memerintahkan para sahabat untuk tidak menegur Ka'ab selama 50 hari. 

f.  Menunjukkan kesalahan dengan memukul

Orang tua dapat memukul anak jika mereka melakukan kesalahan yang fatal dan sebelumnya sudah diberikan peringatan namun tidak diindahkan. 

Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Perintahkan anak-anak untuk melaksanakan sholat ketika ia berumur tujuh tahun, dan pukullah (bila meninggalkannya) ketika ia sudah berusia sepuluh tahun." (Shahih Lighairi, HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi)

g. Menunjukkan kesalahan dengan hukuman yang dapat menyadarkannya

Cara ini Allah gambarkan dalam QS. An-Nisa ayat 2, bahwa hukuman bagi orang yang melakukan zina adalah didera seratus kali dan dilakukan di hadapan sekumpulan orang-orang beriman. 

Hal ini dimaksudkan agar hukuman tersebut memberikan pengaruh dan nasihat yang lebih kuat. Sehingga tidak hanya pelaku yang menyadari kesalahannya namun juga orang-orang yang menyaksikannya. 

Orang tua dapat memilih cara yang sesuai untuk merespon kesalahan anak. Mungkin suatu waktu cukup dengan nasihat, pandangan tajam, kelemahlembutan, isyarat atau juga kata-kata teguran. 

Kesimpulan 

Parents, secara umum dapat disimpulkan bahwa jika dengan salah satu cara di atas anak tidak menunjukkan perubahan atau perbaikan atas kesalahannya, orang tua dapat secara bertahap memberikan hal yang lebih keras dari sebelumnya. 

Jika teguran tidak berhasil, barulah memberikan hukuman dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Jika tidak berhasil juga, maka barulah dengan pukulan yang menyakitkan. Dan sebaiknya hukuman terakhir itu dilakukan di depan saudaranya atau teman-temannya, agar hal itu menjadi peringatan bagi yang lainnya juga. 

Jika anak telah menunjukkan perubahan sikap setelah diberikan hukuman, maka orang tua harus mengubah sikapnya menjadi baik, lemah lembut dan penuh senyum. Agar anak menyadari bahwa hukuman tersebut diberikan untuk kebaikan anak sendiri di dunia dan akhirat. 

Nah, Parents ... telah jelas ya panduan yang diberikan Rasulullah SAW dalam menerapkan hukuman saat mendidik anak-anak. Mari, kita terus belajar menjadi lebih bijak dalam menghukum anak-anak. Agar bukan kebencian yang membekas di hati anak-anak, tapi tetap cinta dan kasih sayang yang kita rasakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun