DASAR TEORI
A. Zat Aditif
Zat aditif pada makanan adalah semua bahan yang ditambahkan dan dicampurkan ke dalam produk makanan dan minuman selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pengemasan. Di Indonesia, zat aditif pada makanan disebut dengan istilah Bahan Tambahan Pangan (BTP).
Produksi dan penjualan seluruh produk makanan dan minuman yang menggunakan zat aditif harus mendapatkan izin edar dan persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar aman dikonsumsi oleh masyarakat.
Zat aditif umumnya ditambahkan ke dalam makanan untuk:
- Memperlambat proses pembusukan
- Meningkatkan atau menjaga nilai gizi
- Membuat roti dan kue lebih mengembang
- Memperkaya rasa, warna, dan penampilan
- Menjaga konsistensi rasa dan tekstur makana
B. Pengertian dan Kegunaan Boraks
Boraks adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi berwarna putih yang mengandung atom Boron (B) dan Oksigen (O) yang memiliki sebutan kimia Natrium tetraborat decahydrate dengan rumus molekul Na2B4O710H2O atau Na2[B4O5(OH)4]8H2O, CAS number 1303-96-4, HS Code28401990, memiliki berat masa molekul 381.37 Dalton. Jenis-jenis Boraks yang biasa digunakan antara lain adalah Natrium biborat (Sodium biborate), Natrium piborat (Sodium piborate), Disodium tetraborate, Sodium borate decahydrate, Boric acid, Disodium salt, Antypionin, Boracsu, Boricin, Jaikin, Neobar, Polybor.Boraks berbentuk serbuk atau kristal yang tidak berbau. Bahan kimia ini dapat dengan mudah larut dalam air, Gliserol (Glycerol) dan Alkohol (Alcohol), tetapi tidak larut dalam asam. Jika larut dalam air akan menjadi Natrium hidroksida (Sodium hydroxide) dan asam borat (H3BO3).
Boraks banyak digunakan di berbagai industri non pangan, seperti di industri kertas, kayu, plastik, keramik dan gelas. Selain sebagai pengawet anorganik, boraks juga merupakan pembunuh mikroba yang ampuh. Gelas pyrex atau peralatan gelas laboratorium kimia bisa memiliki performa yang sangat kuat menahan panas karena dibuat dengan campuranboraks. Daya pengawet boraks yang luar biasa itu kemungkinan berasal dari asam aktif borat.Asam borat (Boric acid) dengan rumus molekul H3BO3, merupakan senyawa organik lemah yang kerap digunakan sebagai antiseptik, obat kumur, semprot hidung dan salep luka kecil. Larutan asam borat dalam air (3%) dapat digunakan sebagai obat cuci mata.
Namun perlu diingat bahwa boraks sangat berbahaya bagi kesehatan manusia apabila terhirup, terminum, termakan lalu masuk ke dalam tubuh manusia dalam jumlah banyak.
Boraks banyak digunakan oleh para pelaku usaha makanan dengan tujuan untuk mengawetkan makanan dan memperbaiki tekstur makanan agar lebih kenyal.
C. Dampak Negatif Penggunaan Boraks pada MakananÂ
Boraks sangat berbahaya bagi kesehatan manusia apabila terhirup, terminum, termakan lalu masuk ke dalam tubuh manusia dalam jumlah banyak. Makanan mengandung boraks yang dikonsumsi sedikit demi sedikit akan mengakibatkan terjadinya akumulasi bahan kimia boraks yang bersifat karsinogen dalam organ tubuh manusia seperti hati, otak, ginjaldan testis. Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan. Bahkan hingga kejadian meninggal dunia dapat terjadi pada bayi dan anak kecil hanya dengan dosis toksin boraks dalam tubuh yang telah mencapailebih dari 5 gram. Sementara kematian pada orang dewasa dapat terjadi jika dosis toksinboraks sudah mencapai 10-20 gram. Batas aman penggunaan boraks pada makanan secara legal adalah 1 gram per 1 kilogram pangan (1/1000). Karena dampak bahaya karsinogennya terhadap kesehatan manusia maka Pemerintah secara resmi telah melarang penggunaan boraks sebagai bahan tambahan dalam proses produksi makanan.
D. Identifikasi Boraks pada Makanan
Boraks biasanya digunakan oleh para prosusen makanan seperti bakso, mie, tahu, lontong, batagor, cilok, baso ikan dan lain-lain. Tujuan penggunaan boraks adalah untuk mengawetkan makanan dan memberikan tekstur kenyal pada makanan. Keberadaan boraks pada makanan dapat ditentukan melalui percobaan sederhana dengan menggunakan kunyit. Kunyit dapat digunakan sebagai indikator alami untuk mengetahui keberadaan boraks pada makanan. Kandungan kurkumin pada kunyit akan bereaksi dengan boraks menghasilkan kompleks kurkumin-boron dengan warna merah kecoklatan.
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Pendahuluan
Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu untuk mengetahui keberadaan boraks dalam beberapa sampel makanan jajanan sekolah.
Penelitian dimulai denngan menyiapkan kunyit sebagai indikator alami untuk uji kualitatif boraks. Sampel yang digunakan adalah bakso, baso ikan, cilok, mie keriting, mie cirambay, tahu, sate aci, seblak dan sosis. Makanan tersebut diperoleh dari kantin sekolah dan para pedangang lain yang berjualan sekitaran sekolah.
Judul Penelitian
"UJI KUALITATIF BORAKS PADA JAJANAN SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN KUNYIT"
Alat dan Bahan
Alat-alat :
Mangkok
Pengaduk
Parutan
Kain saringan
Sendok
Pisau
Wadah-wadah
Bahan-bahan :
Air
Kunyit
Bakso
Bakso ikan
Sosis
Mie Keriting
Mie cirambay
Seblak
Cilok
Sate aci
Tahu
Lumpang dan alu
Langkah Kerja
1. Menyiapkan kunyit sebagai indikator alami :
Kunyit segar dicuci bersih, dikupas lalu diparut. Kunyit yang telah diparut ditambah air dan didiamkan selama 10 menit lalu saring dan buang ampasnya. Air kunyit ini selanjutnya akan digunakan sebagai indikator alami untuk uji kualitatif boraks.
2. Menyiapkan Sampel makanan :
Makanan yang diperoleh dicuci terlebih dulu, dihaluskan dengan lumpang dan alu kemudian disimpan dalam wadah dan diberi label.
3. Uji kualitatif boraks pada makanan
Tambahkan satu sendok air kunyit ke dalam sample makanan yang telah dihaluskan dan diamkan selama 10 menit. Saring dan ambil airnya untuk kemudian diamati perubahan warna yang terjadi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Percobaan
Hasil uji kualitatif boraks pada makanan dapat dilihat pada tabel berikut :
No
Sample
Warna sample halus
Warna campuran sample+air kunyit
Keterangan
1
Bakso
abu
cokelat
Mengandug Boraks
2
Bakso ikan
abu
coklat
Mengandug Boraks
3
Cilok
putih
Cokelat pekat
Mengandug Boraks
4
Mie Keriting
kuning
cokelat
Mengandug Boraks
5
Mie Cirambay
putih
kuning
Tidak mengandung boraks
6
Sosis
merah
kuning
Tidak mengandung boraks
7
Sate Aci
putih
kuning
Tidak mengandung boraks
8
Tahu
kuning
kuning
Tidak mengandung boraks
9
Aci Seblak
putih
kuning
Tidak mengandung boraks
Catatan :
Perubahan warna kunyit dari kuning  menjadi coklat menunjukan adanya kandungan boraks pada makanan. Semakin pekat warna coklat yang dihasilkan menunjukkan kandungan boraksnya makin tinggi.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian uji kualitatif boraks pada makanan dengan menggunakan kunyit sebagai indikator, diperoleh hasil bahwa 5 sampel jajanan tidak mengandung boraks yaitu : sosis, sate aci, mie cirambay, tahu dan aci seblak dan 4 sampel jajanan mengandung boraks yaitu : bakso, bakso ikan, mie keriting dan cilok. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan pada perubahan warna air kunyit setelah dicampurkan dengan sampel-sampel jajanan tersebut. pada sampel sosis, sate aci, mie cirambay, tahu dan aci seblak air kunyit tetap berwarna kuning cerah sementara pada sampel bakso, bakso ikan, mie keriting dan cilok warna air kunyit berubah menjadi coklat.
Semakin pekat warna coklat yang dihasilkan menunjukkan kandungan boraks yang semakin tinggi. Dari 4 sample yang positif mengandung boraks, sampel cilok menunjukkan warna coklat tua sehingga kemungkinan kandungan boraksnya paling tinggi dibandingkan dengan sampel yang lainnya.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Boraks adalah zat aditif yang banyak ditambahkan pada makanan sebagai pengawet dan untuk menambah tekstur kenyal pada makanan
Boraks tidak boleh digunakan pada makanan karena dapat membahayakan kesehatan
Dari 9 sample makanan yang diuji yaitu : Â bakso, baso ikan, cilok, mie keriting, mie cirambay, tahu, sate aci, seblak dan sosis, terdapat 4 sample makanan yang mengandung boraks yaitu : bakso, bakso ikan, cilok dan mie keriting.
2. Saran
Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu untuk mengetahui ada tidaknya boraks dalam makanan dengan mengamati perubahan warna kunyit. Semakin pekat warna kecoklatan yang dihasilkan menunjukkan kandungan boraks yang semakin tinggi. Akan tetapi penelitian ini memerlukan tindak lanjut yang lebih mendalam untuk mengetahui kadar boraks yang terdapat dalam makanan melalui uji kuantitatif. Selain itu jika terdapat basa pada sample selama proses penelitian juga dapat menimbulkan kemungkinan positif palsu pada uji boraks. Karena basa dapat bereaksi dengan kurkumin menghasilkan warna merah kecoklatan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI