"Selamat siang, Â Pak" sapaku sambil menganggukkan kepala.
"Siang Tania, selamat ya kini sudah sarjana," sahutnya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Terima kasih Pak...," lanjutku.
"Oh, ya, perkenalkan ini isteriku," lanjutnya sambil menoleh ke perempuan itu agar mengulurkan tangannya.
Duggh, bagai petir di siang hari, Aku terhenyak dan darahku seolah berhenti. Dia yang begitu dekat dengan ku, yang telah menebarkan benih cinta di hatiku, ternyata..... Aku anggukkan kepala, dan segera menghilang dari pandangan mereka, aku sandarkan kepala ini ke bahu Abangku, tak mampu bercerita tentang suasana hatiku saat itu. Sampai akhirnya aku hanya bisa menangis dan menangis.
Malam semakin larut, sudah tak kudengar obrolan indah pengantar tidur. Tak kudengar lagi janji manis laksana sang pangeran yang akan meninabobokan sang permaisuri, Â Aku menjerit dan kembali terisak mengingat semuanya. Sampai aku dengar suara dering dari ponselku dengan nomor yang tidak aku dengar, tiga kali berdering, aku tak mau mengangkatnya karena nomornya yang tidak aku kenal. Dan akhirnya aku angkat. Dan...
"Selamat malam Tania..."
Ah, suara itumirip dengan suara seseorang yang sangat aku kenal.Suara yang menemani malam-malamku.
"Selamat malam juga..." sapaku
"Maaf dengan siapa ini ...? Lanjutku. Semoga bukan penipu yang sering aku dengar untuk meminta kiriman uang atau berita yang mengada-ada.
"Ini aku Pak Arianto. Masih ingatkah?" tanyanya dari seberang telepon.