Berjalan di bulan ke-lima, aku sudah bisa bersahabat dengan segala kekurangnanya, dia yang selalu menungguku, selalu menemaniku di jam istirahat, dan ketertinggalan dia dalam semua mata pelajaran, karena tidak adanya kesempatan dia untuk mengulang pelajaran.
Pada suatu hari, tepatnya 25 November bertepatan dengan Hari Guru Nasiaonal, aku merasa terharu dan tersanjung, Quinsha yang selalu membuat aku gelisah dengan keadaannya, kini dengan senyum manisnya membawa buket bunga berjalan ke arahku.
"Bu....selamat hari guru........." ucapnya dengan penuh perhatian
"Ibu pahlawanku.....penyemangatku.....pelita dalam kegelepanku...." sambil memelukku dengan erat.
"Ibu....jadilah ibu seperti sekarang ini, jangan berubah ya....." bisiknya
Aku balik memeluk dia, dan aku rasakan tetes airmata yang jatuh, isaknya terasa menderu di dekapanku.
Aku coba lepaskan pelukannya. tetapi pelukan itu semakin kuat. seakan seperti tak ingin terpisahkan.
"Terimakasih......atas ucapannya ya sayang....." jawabku
"Ibu berjanji akan menjadi apa yang kau inginkan........" sambil melepaskan pelukanku dan aku usap airmatanya yang terus mengalir.
"Ibu berjanji, dan kamupun harus berjanji juga .......menjadi anak yang berbakti pada orang tua, rajin belajar, agar cita-citamu tercapai...." pintaku penuh harap
Dia menganguk dengan pasti, sambil berkata...