Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

The Quinsha Matter

12 Januari 2022   16:30 Diperbarui: 12 Januari 2022   16:33 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Kalau bu guru gak masuk, aku ya gak masuk juga, aku mau nunggu sampai bu guru datang..." nadanya semakin meninggi agar aku bisa mengerti dia juga.

Tahun ajaran sudah 4 bulan berjalan, Quinsha akan melakukan hal yang sama setiap harinya. Yang aku takutkan, dia akan tergantung padaku, dan itu tidak boleh. Kehadiranku akan mempengaruhi perkembangan emosi dia, kalau suatu hari aku tak masuk, tidak ada yang bisa di lakukan oleh guru yang lain.

Sampai di suatu hari, aku panggil kedua orang tuanya ke sekolah. Aku akan membicarakan permasalahan yang di hadapi aku dan Quinsha.

Apa yang terjadi, ketika ayah dan bunda nya kami panggil ke sekolah. Quinsha menangis ketakutan sambil memelukku,  aku berusaha menenangkan, dan berbicara perlahan dengan dia. Dia semakin erat memelukku seakan takut aku lepaskan, dia menutup mulutku agar aku tidak berbicara sepatah kata pun dengan dia. Akhirnya aku mengalah, dan rencanaku hari ini umtuk mengetahui jauh lebih dekat tentang Quinsha tidak memperoleh hasil. Orang tua Quinsha terlihat marah sekali ke Quinsha dan mereka hanya memandangku dengan tatapan marah dan bercampur malu akan perlakuan anaknya. Akhirnya mereka pulang dengan kecewa, dan akupun sama, karena tak banyak yang bisa aku lakukan.

Sampai waktunya pulang, Quinsha tidak mau pulang, bahkan terus membuntutiku seolah takut aku tinggal pulang. Setelah aku memberikan pengertian Quinsha mau kuantar pulang.

"Quinsha, pulang ya,....itu sudah di jemput ayah..!" sahutku dengan harapan dia bisa pulang dengan cepat.

"Tidak Bu Guru, aku takut.........." jawabnya dengan nada yang penuh ketakutan (sambil memegang erat tanganku).

"Quinsha, pulang dulu ya sama ayah...." rayuku dengan nada memohon.

"Tidak Bu Guru, aku takut......." sambil menangis dan memeluk erat tubuhku.

Akhirnya aku antarkan ke rumahnya, dan apa yang aku temukan di sana. Dia tinggal bersama ke dua orang tuanya, ayahnya sering keluar kota, ibunya berjualan, dan dia harus melayani keperluan kedua adiknya, dan ketika tidak sesuai dengan keinginan  ayah dan ibunya, dia akan mendapatkan pukulan, dan dia sudah di cap oleh orang tuanya sebagai pemalas, dan pembangkang.

Aku trenyuh dengan keadaan yang demikian, dia masih terlalu kecil untuk menjadi pengganti orang tua buat kedua adiknya, sedangkan dia juga masih terlalu kecil untuk menjadi dewasa. Jadi ketika dia bersamaku dia merasa nyaman, berlama-lama di sekolah itu yang dia inginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun