"Enggaklah. Aku juga enggak mau. Aku mau kuliah dulu."
   "Lah, kalau kamu enggak mau, buat saya saja ya. Hehehe"
   Ratna pun tertegun mendengar jawaban Dita. Rahmat memang sosok yang diidamkan kaum hawa di kampungnya. Walaupun hanya lulusan SMA, Rahmat mampu membangun bisnis peternakan ayam di kampung. Namun, Ratna tetap memikirkan kuliahnya. Apalagi dia sudah memiliki pacar, yaitu Henra.
   "Ambil saja. Tapi belum tentu dia ke rumah karena lamaran. Bisa saja ada hal yang lain," jawab Ratna.
   Tiba-tiba ayahnya memanggil Ratna. Jantung Ratna langsung deg-degan.
   "Ya Tuhan semoga bukan masalah pertunangan," guman Ratna dalam hati.
   Ratna pun meminta ayahnya untuk bersabar. Ratna lalu keluar dari kamar. Ditengoknya teras rumahnya dan ternyata Ratmat sudah pulang. Bapak menyuruh Ratna duduk. Ratna langsung duduk di bangku kayu berwarna cokelat tua.
   "Tadi Bapak lihat kamu berduaan dengan Henra, ya?" tanya bapak dengan sinis.
Ratna lalu berpikir di mana bapak melihatnya. Memang, tadi Ratna berjalan bersama Henra.
   "Tolong, kamu jauhin Henra," kata bapak menatap Ratna tajam.
   Jantung Ratna langsung berdegup kencang. Ratna tidak bisa berkata apa-apa. Air mata Ratna hampir tumpah. Pikiran Ratna langsung tertuju pada Rahmat.Â