Mohon tunggu...
Syamsul Barry
Syamsul Barry Mohon Tunggu... -

Pengajar di Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Aktif berkarya seni dan menulis, tinggal di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Seni Media (Kebiasaan) Baru Kemajuan Teknologi Informasi dan Seni

9 Juni 2010   19:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:38 3261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cara berapresiasi ini seperti bermain-main dengan fantasi, tetapi bukan mimpi, berfantasi pada saat sadar, Sigmund Freud menjelaskan munculnya karakter-karakter fantastis dalam mimpi sebagai berikut: "Kemungkinan untuk menciptakan suatu bentuk gabungan adalah salah satu penyebab utama munculnya karakter-karakter fantastis dalam mimpi. Di sana ia memasukkan unsur-unsur yang belum pernah dibayangkan, ke dalam isi mimpi. Proses psikis yang terjadi dalam penciptaan bentuk gabungan itu nyata-nyata adalah sama dengan proses psikis di alam sadar yang kita pakai untuk membayangkan seekor naga atau makhluk setengah manusia setengah kuda (centaur)".[viii]

Pada seni media baru bersifat interaktif namun audience tidak bisa merubah tampilan tetapi pada game online tokoh bisa diatur sedemikian rupa, wajah, bentuk tubuh, pakaian, sifat, warna kulit, jenis kelamin, bahkan skenario misi dapat ditentukan sendiri, namun suasana yang didapat antara seni media baru dan game online sama. Sebagai contoh yang lain, The Sims2[ix], game ini merupakan simulasi kehidupan nyata, kehidupan manusia dari kecil hingga menikah (bercerai kalau perlu), membesarkan anak-anak dan seterusnya serta mengembangkan lingkungan kotanya. Karakter ras bisa dipilih, perkembangan karakter bertahap dari kecil, remaja, dewasa, manula hingga meninggal. Pemain bisa menentukan punya anak dari pasangannya, mengetahui bentuk fisik anaknya, juga bisa berciuman bahkan berhubungan seksual. Keadaan seolah nyata ini bisa saja menjadi salah satu alat penciptaan realitas. Sehingga kenyataan realitas bukanlah suatu yang natural, dikatakan oleh Mas'ud Zavarzadeh bahwa realitas dikonstruksikan oleh praktek politik, ekonomi dan ideology masyarakat.

Gambar 8

Detail karya Heri Dono, Interroation, 1998,

Fiberglass, video

(foto: repro. 15 tahun Cemeti)

Dijelaskan lebih lanjut, ideology berperan dalam membentuk realitas cultural dengan menyediakan pandangan hidup dan teori realitas yang seolah menjadi satu kesatuan bagi masyarakat, sehingga masyarakat memperoleh gambaran yang sama tentang sesuatu yang natural.[x] Pada karya seni media baru audience akan merasakan nikmatnya illusi realitas secara bersama (jika online) dari seantero dunia. seperti halnya pada game online.

Perwujudan bentuk yang dilakukan oleh seniman yang menciptakan seni media baru mungkin menggunakan pengalaman estetik yang berbeda. Seni media baru yang mempunyai sifat ‘tiga demensi semu', (interaktif, berbentuk, audience maupun bentuk karya dapat dilihat sebagai karya) bisa disebut sebagai seni virtual[xi], karena hasil karya dapat melibatkan indera dan perasaan audience secara total. Aktivitas ekspresi dan komunikasi menjadi bagian yang penting karena dengan begitu audience telah memberi kesan dirinya masuk kedalam dunia maya dan memberikan kesan bahwa dunia maya itu realitas manusiawi. Pada perkembangan ini, bahasa estetik objek tidak lagi bersandar pada unsur-unsur formal konvensional (garis, bidang, warna) tetapi pada unsur-unsur formal virtual dan lebih bersifat intangible, psikis, sensistif, halusinatif, interaktif, holografis. Pemanfaatan secara lebih maksimum dan komprehensif kemampuan-kemampuan ‘indera' sebagai elemen estetik yang akan membuat objek estetik akan lebih hidup.[xii] Melihat kenyataan sekarang, karya-karya seni media baru memang terasa benar-benar baru dari sisi menciptakan maupun melihat bagaimana kemudian audience meng apresiasinya.

Epilog

Kembali pada kemajuan teknologi elektronik, pada konteks yang terjadi di Indonesia agaknya dapat dinilai sebagai beruntung, karena walaupun semua produk hardware atau software yang dipasarkan dilindungi hukum, namun tetap saja beredar yang aspal (asli tapi palsu) dengan harga murah. Apa yang dikerjakan seniman dengan komputer tentunya tidak berbeda dengan yang dilakukan masyarakat umum. Masyarakat umum pengguna komputer mempunyai kebebasan mengatur warna tampilan, membuat sistem operasi, membuat video dan banyak yang lainnya, sejalan dengan kemajuan komputer informatika yang saat ini dapat dijadikan sebagai pusat hiburan.

Teknologi informasi yang berkembang begitu cepat ini memang memberikan pandangan global melewati banyak batas. Pengguna internet dapat melihat apa saja yang ada didalamnya, pandangan yang maya adalah realitas atau realitas adalah yang maya agaknya kemudian melahirkan spirit dalam penciptaan karya-karya seni media baru. Hampir tidak ada pernyataan atau menifesto yang dikeluarkan oleh para penggeraknya. Mereka sepertinya tidak melawan apa-apa selain sibuk membuat karya yang baru. Tidak seperti gerakan seni yang sebelumnya, karya atau gerakannya merupakan protes atau perlawanan terhadap yang sebelumnya. Sebagai contoh Persagi ditahun 1930-an mempertanyakan Moii Indie, atau Gerakan Seni Rupa Baru (1970-an) yang mempertanyakan perkembangan seni rupa pada saat itu. Agaknya jika di masa lalu terjadi "pemikiran mencari yang terbenar", sekarang ini menjadi "pemikiran itu benar tapi maunya pakai pemikiran yang ini saja" atau mungkin "semua benar dan kebenaran adalah yang hari ini dipilih".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun