Mohon tunggu...
Syamsul Barry
Syamsul Barry Mohon Tunggu... -

Pengajar di Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Aktif berkarya seni dan menulis, tinggal di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Seni Media (Kebiasaan) Baru Kemajuan Teknologi Informasi dan Seni

9 Juni 2010   19:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:38 3261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar 2.

Halaman ‘Galleri" foto MMS Tabloid Komputek.

Kemajuan ini selain mendorong orang mempunyai kebiasaan baru seperti tukar menukar atau koleksi foto/video/musik, juga mendorong tumbuhnya bisnis penjualan foto, gambar, musik maupun video. Sebuah tabloid mingguan komputer, elektro dan teknologi "Komputek" yang membuat halaman semacam galleri foto hasil jepretan ponsel, tidak pernah kekurangan pengirim foto, bahkan jika diamati hasil foto yang terkirim semakin baik, kreatif dan beragam. Padahal semua foto dikirim lewat MMS yang biayanya cukup mahal rata-rata Rp. 2000,- sekali kirim (setiap operator berbeda harga).

Foto atau video dari ponsel tentu saja dapat dikirim ke komputer melalui internet (e-mail). Atau sebaliknya hasil editan foto atau video yang dikerjakan pada komputer dapat dikirim ke ponsel melalui internet. Secara teknis sistem digital memungkinkan menciutkan besar data (dalam ukuran byte) dan dapat dibesarkan kembali oleh penerima (dengan software tertentu). Kemudahan yang diberikan dari kemajuan ini kemudian membuat beberapa seniman mempunyai ide mengembangkan seni seperti halaman 'Galleri' di Tabloid (fasilisator) namun di lakukan di galleri-galleri seni.

Kemajuan Teknologi dan Kebiasaan Baru

Perkembangan pesat software yang kemudian terjadi dapat dilihat sebagai akibat dari majunya teknologi mikroprosesor. Indonesia sendiri dikenal sebagai pangsa pasar yang sangat besar dalam soal konsumtif pada produk elektronik dan komputer. Maraknya software juga memicu vendor-vendor pheripheral (accessories komputer) mengeluarkan produk-produk terbarunya[iii]. Sebagai contoh Video Graphic Card (VGA) kemajuan teknologi VGA saling kejar-mengejar dengan perkembangan software maupun game yang menggunakan teknologi 3D. Komputer sendiri sebelumnya tidak berfungsi sebagai pusat hiburan, tetapi dengan kemajuan multimedia, komputer kemudian menjadi alat yang serba bisa dari urusan kantor, main game, edit video, music, disain, arsitektur, hingga nonton film video. Harga pun semakin turun karena banjirnya produk-produk yang bertipe baru. Semakin besar kekuatan komputernya (prosesor, memory dll) semakin menjanjikan penampilan dari layar monitor. Suara yang sangat bersih serta penampilan gambar pada layar monitor yang tidak terbatas warnanya.

Beberapa software misalnya Adobe Premiere atau Affter effect, benar-benar memberi kemudahan pekerjaan. Software-software ini mampu memanipulasi gambar/video dengan baik. Pengguna dengan mudah dapat memotong, menyisipkan, mengganti warna, memberi effect pada video. Kemudian banyak orang terutama anak muda yang kemudian menggandrungi film dan video. Bukan sekedar untuk menikmati atau menonton tetapi membuat atau memproduksi, yang amatiran jumlahnya banyak, juga yang menjadi profesional juga merebak. Hal ini sudah barang tentu terjadi seiring dengan gencarnya vendor-vendor camera dan pheriperal komputer yang terus-menerus mengeluarkan produk terbarunya dengan harga yang terjangkau. Software-software ini memiliki paling banyak 35 perintah yang dapat digabung, jadi untuk menjalankannya tidaklah perlu terlalu mikir, tentu saja untuk membuatnya perlu pemahaman seni yang mendalam.

Gambar 3

Video Capture Card

(alat untuk transfer data video dari kamera ke komputer)

Agenda Kegiatan budaya kemudian juga menjadi bertambah ragam, Festival-festival video maupun media baru semakin sering diadakan di berbagai kota di Indonesia. Seniman juga banyak menggunakan kecanggihan teknologi ini. Melihat beberapa karya yang pernah dipamerkan atau dipertunjukan memang tidak selalu sepenuhnya full menggunakan alat elektronik, namun pada nuansanya terasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun