Heri Dono seniman internasional, yang sering membuat karya dengan peralatan elektronik maupun benda-benda tidak terpakai sewaktu menjadi pembicara pada acara seminar dalam rangka Dies Natalies XVIII Institut Seni Indonesia Yogyakarta (thn. 2002), mengatakan bahwa sekarang ini karya-karya seni bisa saja di kategorikan sebagai Low Tech atau High Tech. Baginya karya selain bisa dibicarakan dari isi yang ditampilkan juga bagaimana cara membuat dan menampilkannya. Terminologi Low Tech menurutnya selain penggunaan teknologi juga bisa dibaca sebagai ‘lotek' (makanan sayur-sayuran yang diaduk dengan saus kacang seperti gado-gado) yaitu mencampur. Mencampur ini bisa di artikan bukan sekedar menggunakan kemajuan teknologi, tetapi hanya digunakan untuk mendukung penciptaan karya, bukan untuk memperlihatkan kemampuan atau kecanggihan peralatan yang digunakan.
Kaitannya dengan penggunaan komputer, software memang memberikan kemudahan membuat sesuatu, tetapi yang akan kita kerjakan itu tentunya bukan klik-klik terus jadi. Menarik untuk memahami apa yang dikemukakan oleh Heri Dono jika kita juga membukanya lewat apa yang dikatakan Talcott Parson tentang teori tindakan[iv], menurutnya ada dua kategori tindakan yang terkait dengan sarana. Pertama membuat tujuan yang jelas lalu mencari atau membuat sarana yang akan mewujudkan tujuan. Kedua, mempunyai sarana kemudian merancang tujuan. Jika kita perbandingkan mana yang lebih kreatif dan logis, tujuan ditentukan sarana atau tujuan menentukan sarana?
Gambar 4
Geber Modus Operandi, Hole,
Performance dan instalasi 2001
Penggunaan kemajuan teknologi yang digunakan tentunya tidak semena-mena begitu saja digunakan dalam sebuah pembuatan karya. Beberapa perhitungan termasuk bagian tematis selalu dijadikan pertimbangan seniman. Namun melihat dari semakin banyaknya karya seni semacam ini dapat pula diperkirakan sebagai kebiasaan baru di kalangan seniman. Perhitungan yang lain ialah mudahnya dibawa karena bisa dimuat dalam kepingan cakram CD maupun DVD dan sangat mudah disebarluaskan melalui internet dengan menciutkan file (sebagai contoh: File dengan tipe .mov atau divX untuk konversi file video yang besar).
Internet, Game on line, Seni Media Baru sebagai Seni Virtual
Teknologi Informasi bukan hanya telah mengubah pola pandang masyarakat tetapi sudah menjadi bagian kehidupan bahkan gaya hidup. Ungkapan ini berdasarkan fakta bahwa sekarang tidak sedikit orang yang menggunakan internet sebagai bagian teknologi informasi dalam kesehariannya. Salah satu ciri dari internet adalah kemampuan interaktif dalam komunikasi. Melalui internet orang dapat berhubungan atau membuka situs-situs yang berisikan banyak ragam dari persoalan pendidikan, seni, religi, bisnis, sampai virtual sex. Kebiasaan menggunakan internet ini kemudian bertambah salah satunya karena maraknya pendirian warnet (warung internet) juga perkembangan game online.
Pada persoalan perkembangan game terlihat ada beberapa hal, sebelum game masuk era online, masih menggunakan perangkat PC LAN atau di sebut Cyber game, setidaknya dipenuhi dengan kesulitan bisnis video game yang penuh dengan bajak membajak, itulah alasan mengapa kemudian game online berkembang. Game online memberikan kemurahan, tidak harus membeli game consul dan CD game yang harganya ratusan ribu (original). Gamer (julukan pada seorang yang menyenangi/maniak permainan game pada komputer) tinggal pergi ke warung internet (warnet), bayar sewa dan legal.
Para pebinis besar mulai membuka franchise karena alasan mudah, orisinal dan legal serta menguntungkan. Indonesia adalah pasar yang sangat potensial karena penduduknya besar, tapi kesandung kemiskinan yang kemudian melahirkan pembajakan. Warnet-warnet yang dulu didatangi customer untuk browsing, sekarang makin ramai diserbu para gamer.
Pada sebuah komputer di persewaan internet tampak asyik, seorang gamer sedang bermain sebuah game. Game Joint Operations: Typhoon Rising yang dimainkan adalah buatan Novalogic, game ini dikenal lewat tactical shooter Delta Force dan combat udara Comanche. Joint Ops, game berbasis tim ini pemain bisa bertempur di darat dengan atau tanpa kendaraan, di air maupun diudara. Map game ini bisa mengakomodasi hingga 64 pemain sekaligus lewat jasa online NovaWorld, untuk melakukan pertempuran massal. Setting perang dalam game ini adalah pasukan Gabungan Amerika (US Joint Force) versus milisi separatis muslim Aceh di Indonesia. Entah apa yang ada di benak pikiran gamer tersebut ketika bermain. Bayangan rekaan imajinatif sebagai seorang hero virtual agaknya melampaui batas identitas dan nasionalisme.