Seni media baru yang berkembang di Indonesia selain dikarenakan mendapatkan dorongan dari pengalaman seniman Indonesia yang berada di luar negeri serta maraknya workshop-workshop yang diadakan, juga dikarenakan kemudahan teknis sebagai akibat perkembangan teknologi komputer informasi yang berkembang pesat. Indonesia sendiri merupakan pasar yang besar dari produk elektronika, sehingga dukungan teknis semakin lama semakin baik. Di Yogyakarta sendiri sekarang mulai bertumbuhan industri kecil yang memproduksi software maupun game. Dalam mewujudkan tampilan software tentunya juga memakai perhitungan perancangan baik dari bentuk, gambar, pilihan warna juga teks.
Metode penciptaan karya seni dengan adanya kemajuan teknologi ini juga menjadi beragam. Teknologi yang ada oleh seniman tidak selalu dijadikan dasar penciptaan tetapi dianggap sebagai pendukung gagasan dalam perwujudan. Berkarya seni dengan komputer misalnya, sekali lagi bukan sekedar klik-klik lalu jadi, tetapi juga dengan banyak pertimbangan lain. Hasil karyapun beragam, ada yang sepertinya total menggunakan peralatan elektronik namun juga ada yang hanya menampilkan suasana elektronik ataupun menggunakan prinsip-prinsip komunikasi interaktif. Kemajuan teknologi di masa akan datang tentunya juga akan membuat lebih marak lagi karya-karya yang tercipta. Kemudahan berkarya dengan computer, harga yang terjangkau, kebiasaan berapresiasi dengan peralatan elektronik tentunya dapat dijadikan sebagai media ekspresi masyarakat.
[i] Asikin Hasan, 2003. "Sedikit Catatan Media Baru" dalam 15 Years Cemeti Art House Exploring Vacuum, Cemeti Art House, p. 153.
[ii] Gouzali Saydam, 2005, Teknologi Telekomunikasi, Perkembangan dan Aplikasi, Bandung: Penerbit Alfabeta, , p. 52.
[iii] Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari banyaknya tabloid, majalah komputer yang isinya lebih banyak menawarkan produk baru (Komputek, PC Plus, Chips dll)
[iv] J. Haryatmoko, 1986, Manusia dan Sistem, Pandangan tentang manusia dalam sosiologi Talcott Parsons, Yogyakarta: Kanisius, p. 18
[v] Lebih lanjut lihat pada http://www.pterodon.cz.
[vi] Claudia Dona, 1988 ,"Invisible Design" dalam John Thackara, Design After Modernism, Thames&Hudson, , p.152
[vii] Metz, Chirstian. The Imaginary Signifier (excerpts), ...........,........
[viii] Freud, Sigmund. 2001. Tafsir Mimpi (terjemahan). Yogyakarta: Penerbit Jendela. Hal. 386-387.]
[ix] Lebih lanjut lihat pada http://www.TheSims2.com