Mohon tunggu...
Ihsan Alfajri
Ihsan Alfajri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

manusia adalah human

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Islam: Fondasi, Prinsip, dan Tantangan dalam Pembentukan Karakter Muslim

4 Oktober 2024   21:48 Diperbarui: 4 Oktober 2024   22:12 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah salah satu elemen terpenting dalam kehidupan manusia, dan dalam konteks Islam, pendidikan menjadi sarana utama untuk mentransmisikan nilai-nilai agama kepada generasi berikutnya. Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang memiliki iman kuat, ilmu pengetahuan yang luas, serta akhlak yang baik, sesuai dengan ajaran Islam. Dalam dunia yang terus berubah, pendidikan Islam dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari globalisasi hingga perkembangan teknologi yang cepat. Oleh karena itu, penting untuk memahami fondasi, prinsip, dan tantangan pendidikan Islam agar dapat memberikan solusi yang relevan dalam menghadapi dinamika zaman.

Perkembangan masyarakat dunia pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya sudah memasuki masyarakat informasi yang merupakan kelanjutan masyarakat modern dengan ciri-cirinya yang bersifat rasional, berorientasi ke masa depan, terbuka, menghargai waktu, kreatif, mandiri, dan inovatif. Sedangkan masyarakat informasi ditandai dengan penguasaan teknologi informasi, mampu bersaing, serba ingin tahu, imajinatif, mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan menguasai berbagai metode dalam memecahkan masalah.

Dampak globalisasi sebagai akibat dari kemajuan di bidang informasi perdaban dunia merujuk pada sebuah pengaruh yang mendunia. Demikian pula keterbukaan terhadap arus informasi yang menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini memberikan dampak lingkungan dan masyarakat manusia. Manusia yang kreatif dan produktif inilah yang harus dijadikan visi pendidikan termasuk pendidikan Islam, karena manusia yang demikianlah yang didambakan kehadirannya dengan secara individual, sosial maupun nasional. Masyarakat akan sangat kecewa manakalah dunia pendidikan justru menghasilkan manusia yang malas, tradisional, kurang peka dan konsumtif. Begitu pentingnya kehadiran manusia yang produktif yang harus dihasilkan dari dunia pendidikan Islam ini. 

Situasi pendidikan yang demikian itu, pendidikan Islam harus memainkan peran dan fungsi kultural, yaitu suatu upaya melestarikan, mengembangkan dan mewariskan cita-cita masyarakat yang didukungnya. Dalam fungsi ideal ini pula sebuah lembaga pendidikan Islam juga bertugas mengontrol dan mengarahkan perkembangan masyarakat. Tentu saja fungsi kontrol pendidikan Islam tidak akan sama fungsi kontrol yang dijalankan lembaga-lembaga politik. Lembaga pendidikan (khususnya pendidikan tinggi Islam) melakukan kontrol dan pengaruh melalui evaluasi dan rekonstruksi. Inilah arah dan tujuan yang harus diperjuangkan oleh Pendidikan Islam dewasa ini dan yang akan datang. Oleh karena itu pentingnya kita ingatkan dan tekankan kembali tentang bagaimana pondasi, prinsip, dan apa saja tantangan yang harus dihadapi dalam mengimpilementasikan Pendidikan islam di masa sekarang. 

1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan dalam dalam khazanah keislaman, baik dalam konsep tarbiyah, ta'lim, maupun ta'dib adalah kegiatan khas manusia. Manusia adalah makhluk yang dapat dan harus dididik. Sebagai makhluk yang dapat dididik manusia menerima warisan dan melanjutkan kekayaan budaya generasi sebelumnya. Sementara sebagai makhluk yang harus dididik, manusia dikembangkan atau diubah kondisinya dari keadaan terakhirnya. Dua aspek fitrah manusia ini sangat penting, sebab dari keduanya manusia dapat hidup efisien dan maju. Efisien karena melalui pewarisan budaya dari generasi sebelumnya, manusia tidak harus memulai segalanya dari awal. Maju, sebab dalam perubahan manusia selalu menginginkan hal yang lebih baik. Paling tidak, mempertahankan keberhasilan dan membuang kegagalan. Yang perlu dicermati dalam hal ini adalah warisan keberhasilan biasanya memperlihatkan kemantapan (stable), kemudian melahirkan kemapanan (settled), dan berujung pada kenyaman (comfortable). Nah, disini muncul persoalan, yakni kenyaman biasanya susah untuk digoyahkan oleh perubahan. Padahal perubahan juga merupakan fitrah kehidupan itu sendiri, perubahan dapat terjadi ke arah yang baik (QS 93:4) atau ke arah buruk (QS 28: 88). 

Mendidikkan kesadaran akan perubahan inilah sisi penting lain dari tugas pendidikan. Pendidikan selain mengawetkan warisan budaya masa lalu, juga berfungsi mengembangkan budaya tersebut. Modal utama fungsi kedua ini adalah sikap mental yang bagaimana? Diantara jawaban Sebagai kegiatan yang berfungsi ganda, yakni pengawetan dan pengembangan budaya, pendidikan Islam pertama-tama harus dilandasi oleh falsafah, didukung oleh teori dan ditindak lanjuti oleh praktek-praktek yang Islami. Keislaman suatu budaya ditandai oleh dua hal. Pertama otentisitas ajaran dan kedua transformasi ajaran sesuai ruang dan waktu tempat Islam dipraktekkan. Otentisitas ajaran Islam ditandai oleh sifat-sifatnya yang holistik (menyeluruh) dan integral (menyatu). 

Mustafa al-Maraghi membagi kegiatan al-tarbiyah menjadi dua macam. Pertama, tarbiyah khalqiyah, yaitu penciptaan, pembinaan dan pengembangan jasmani peserta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi pengembangan jiwanya. Kedua, tarbiyah diniyah tahdhibiyah, yaitu pembinaan jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu Ilahi. Berdasarkan pembagian tersebut maka ruang lingkup al-tarbiyah mencakup berbagai kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani. Kebutuhan dunia dan akhirat, serta kebutuhan terhadap kelestarian diri sendiri, sesamanya, alam lingkungan dan relasinya dengan Tuhan.

Adapun al-ta'dib menurut Al-Naquib al-Attas, adalah pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu yang di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya. Pengertian ini didasarkan atas sabda Nabi Saw sebagai berikut: "Tuhan telah mendidikku sehingga menjadi baik pendidikannku." 

Selanjutnya adalah kata al-riyadah. Menurut al-Ghazali, al-riyadah adalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak. Berdasarkan pengertian tersebut, al-Ghazali hanya mengkhususkan penggunaan alriyadah untuk fase kanak-kanak, sedang fase yang lain tidak tercakup di dalamnya.  

Kata ta'lim menurut al Attas lebih tepat bila tidak diartikan sempit sebagai aktivitas mengajar saja, dan tidak meliputi makhluk-makhluk lain selain manusia. Jadi, ta'dib sudah meliputi kata ta'lim dan tarbiyah. Selain daripada itu, kata ta'dib itu erat hubungannya dengan kondisi ilmu dalam Islam yang termasuk dalam isi pendidikan. Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh al Attas mengapa kata ta'dib sudah termasuk di dalamnya ta'lim dan tarbiyah. 

Menurut tradisi ilmiah Bahasa Arab istilah ta'dib mengandung tiga unsur: pengembangan ilmiah, ilmu dan amal. Iman adalah pengakuan yang realisasinya harus berdasarkan ilmu. Iman tanpa ilmu adalah bodoh. Sebaliknya ilmu harus dilandasi iman. Ilmu tanpa iman adalah sombong dan akhirnya iman dan ilmu diharapkan mampu membentuk amal. Kalau tidak diwujudkan dalam bentuk amal, lemahlah ilmu dan iman itu ibarat pohon yang tidak berbuah, niscaya ditinggalkan orang karena kurang bermanfaat. 

Dalam kerangka pendidikan, istilah ta'dib mengandung arti: ilmu, pengajaran dan penguasaan yang baik. Tidak ditemui unsur penguasaan atau pemilikan terhadap objek atau anak didik, di samping tidak pula menimbulkan interpretasi mendidik makhluk selain manusia, misalnya binatang dan tumbuh-tumbuhan. Karena menurut konsep Islam yang bisa bahkan harus dididik hanyalah makhluk manusia. Al Attas menekankan pentingnya pembinaan tata krama, sopan santun, adab dan semacamnya atau secara tegas "akhlak yang terpuji" yang terdapat hanya dalam istilah ta'dib. Dengan tidak dipakainya konsep ta'dib untuk menunjukkan kegiatan pendidikan, telah berakibat hilangnya adab sehingga melunturkan citra keadilan dan kesucian. 

2. Fondasi Pendidikan Islam

Pendidikan Islam didasarkan pada Al-Qur'an dan Hadis sebagai sumber utama. Al-Qur'an merupakan petunjuk hidup yang mencakup segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman tentang pentingnya ilmu dan pendidikan, misalnya dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW juga banyak yang menjelaskan tentang pentingnya menuntut ilmu, seperti hadis yang menyatakan, "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah). 

Selain Al-Qur'an dan Hadis, pendidikan Islam juga didasarkan pada tradisi intelektual Islam yang kaya, termasuk kontribusi ulama dan cendekiawan Muslim sepanjang sejarah yang memberikan buah pikirannya terhadapa Pendidikan islam pada masanya masing-masing, namun juga tetap masih dapat kita pelajari di masa sekarang bahkan dimasa yang akan datang. 

Tokoh-tokoh seperti Al-Ghazali yang mengungkapkan bahwa pendidikan Islamyaitupendidikanyang berupaya dalam pembentukan insan paripurna, baik di dunia maupun di akhirat.Menurut Al Ghazali pula manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadhilah melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Menurut Al Ghazali tujuanutamapendidikanIslam itu adalah ber-taqarrub kepada Allah Sang Khaliq, dan manusia yang paling sempurnadalampandangannya adalah manusia yang selalu mendekatkan diri kepada Allah. 

Ada juga Ibnu Sina yang mengatakan bahwa Pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang berkepribadian akhlak mulia. Ukuran berakhlak mulia dijabarkan secara luas yang meliputi segala aspek kehidupan manusia. Aspek-aspek kehidupan yang syarat terwujudnya suatu sosok pribadi berakhlak mulia meliputi aspek pribadi, sosial dan spiritual, ketiganya harus berfungsi secara integral dan komprehensif. Tujuan pembinaan moral melalui pendidikan sangat penting menurut pandangan Ibn Sina, hal ini dapat dilakukan dengan cara seorang anak harus dijaga dalam menentang manusia yang buruk dan memiliki budi pekerti yang buruk mereka juga harus diberikan peluang yang memungkinkan untuk dapat memahami dan merasakan kehidupan dengan cara berkomunikasi dengan orang-orang yang saleh.

3. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam

Pendidikan Islam memiliki beberapa prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam proses pembelajaran dan pengajaran: 

   1. Tauhid : Tauhid adalah prinsip yang menekankan keesaan Allah SWT dan merupakan dasar dari seluruh kegiatan pendidikan Islam. Pendidikan harus diarahkan untuk mengenal, memahami, dan mengimplementasikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada hakikatnya dasar dari pada pendidikan itu sendiri adalah Tauhid, semakin seseorang yang berpendidikan kuat Tauhidnya maka semakin kokoh lah keilmuan orang tersebut.

  2. Keseimbangan : Pendidikan Islam menekankan keseimbangan antara aspek jasmani dan rohani, dunia dan akhirat, serta ilmu agama dan ilmu duniawi. Karena pendidikan akan semakin kokoh apabila seimbang antara keilmuan agama dengan keilmuan dunia, kedua hal tersebut semestinya tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan, khususnya pada pendidikan di era sekarang. Prinsip ini tercermin dalam kurikulum yang menggabungkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. 

  3. Pendidikan Akhlak : Pendidikan Islam sangat menekankan pembentukan akhlak yang baik. Tujuannya adalah untuk menciptakan individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki moralitas yang tinggi, seperti jujur, amanah, dan bertanggung jawab. Karena pada hakikatnya tidak ada gunanya seseorang yang berilmu namun tidak beradab, tentu perihal akhlak ini harus selalu ditekankan berdampingan dengan pendidikan, apalagi sering kita dengar bahwa adab itu diatas ilmu, ilmu akan menjadi sangat baik apabali dibarengi dengan adab yang baik juga. 

  4. Kesinambungan : Pendidikan Islam bersifat kontinu, mulai dari sejak lahir hingga akhir hayat. Konsep ini dikenal dengan istilah tarbiyah yang mencakup pendidikan sepanjang hayat. Karena ilmu itu luas, tidak mudah untuk manusia biasa seperti kita menguasai semua ilmu dalam waktu sebentar saja, tentu dibutuhkan wakt yang Panjang dan tentunya dipelaajari secara mendalam, bukan hanya belajar sebentar lalu merasa paling mengetahui segala hal. 

  5. Adab dan Etika : Pendidikan Islam juga mengajarkan adab dan etika dalam berinteraksi dengan sesama manusia, alam, dan Allah SWT. Adab merupakan bagian integral dan paling esensial dari pendidikan Islam yang tidak bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan.

Pada hakekatnya, prinsip-prinsip inilah yang membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya. Apabila prinsip-prinsip dasar ini dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan Islam kedepan, maka sangat besar kemungkinan pendidikan Islam akan tetap eksis ditengah-tengah pergulatan dan perkem-bangan zaman. Walaupun demikian, untuk pendidikan Islam dinegara Indonesia tercinta ini nampaknya masih cukup jauh tertinggal dengan mainstrem pendidikan nasional. Untuk itulah prinsip-prinsip dasar tersebut di atas masih harus lebih dipertegas dan diperjelas kembali, dengan merespon tuntutan perkembangan zaman, sehingga prinsip tersebut itu dapat dioperasionalkan di lapangan, dan dapat sinergi dengan landasan dasarnya (Alquran dan Hadits) serta tujuan yang ingin dicapai.  

4. Implementasi Pendidikan Islam

Pendidikan Islam diterapkan dalam berbagai jenjang, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Implementasinya melibatkan berbagai institusi seperti madrasah, pesantren, dan sekolah-sekolah Islam. 

  1. Madrasah: Madrasah adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu agama sebagai mata pelajaran utama. Kurikulumnya mencakup Al-Qur'an, Hadis, Fiqh, dan ilmu-ilmu agama lainnya, serta ilmu-ilmu umum. 

  2. Pesantren: Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional yang telah lama menjadi pusat pengembangan ilmu agama di Indonesia. Pesantren mengedepankan pembelajaran yang berkelanjutan dengan sistem pendidikan yang komprehensif dan holistik.

  3. Sekolah Islam: Sekolah-sekolah Islam modern berusaha mengintegrasikan kurikulum nasional dengan pendidikan agama Islam. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan generasi Muslim yang berilmu dan berakhlak mulia, yang mampu bersaing di tingkat global tanpa kehilangan identitas keislamannya.

5. Tantangan dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam menghadapi sejumlah tantangan di era modern ini: 

  1. Globalisasi: Globalisasi membawa serta nilai-nilai dan budaya yang berbeda dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam harus mampu menyiapkan peserta didik untuk menghadapi arus globalisasi tanpa kehilangan identitas keislaman mereka. Saat ini situasi dan kondisi yang dihadapi oleh guru jauh berbeda dengan situasi dan kondisi tempo dulu. Kini guru hidup di era globalisasi yang selain mengandung tantangan yang berat, kompleks dan juga multi efek. Berbagai tantangan mau tidak mau harus dipecahkan oleh guru, agar tantangan tersebut berubah menjadi peluang menuju kepada kemajuan. 

  2. Teknologi: Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menawarkan peluang besar, tetapi juga tantangan, seperti akses informasi yang tidak terkendali dan pengaruh media sosial yang bisa bertentangan dengan nilai-nilai Islam. 

3. Kurikulum yang Relevan: Menyusun kurikulum yang seimbang antara ilmu agama dan ilmu umum merupakan tantangan tersendiri. Kurikulum harus mampu menjawab kebutuhan zaman sekaligus mempertahankan nilai-nilai dasar Islam. 

4. Kualitas Guru: Kualitas guru dalam pendidikan Islam sangat penting. Guru harus memiliki kompetensi dalam ilmu agama dan ilmu umum, serta mampu menjadi teladan dalam hal akhlak dan adab.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif, adakah kemajuan iptek itu mendekatkan kita kepada Allah ataukah menyebabkan kita jauh dari Allah bahkan bertambah ingkar dan bertambah tamak untuk mencari kepuasan dan kekuasaan sebanyak-banyaknya kalau ini yang menjadi tujuan menuntut ilmu, maka ini juga tidak ada bedanya dengan peradaban Barat. 

Roger Garoudy yang dikutip oleh Hasan Langgulung dalam bukunya Pendidikan Islam dalam abad 21. Ia telah lima abad menguasai dunia tanpa tandingan menghadapi jalan buntu dan segala usahanya menuju kepada bunuh diri: 

  1. Pada abad sosial, dunia Barat pada tahun 1982 membelanjakan 650 milliar dollar Amerika untuk membuat senjata dan bom yang kalau dibagi-bagikan kepada penduduk dunia maka setiap penduduk (perkapita) menerima 4 ton bom, dalam waktu yang sama 50 juta penduduk dunia ketiga mati kelaparan atau kurang makan. 

  2. Pada bidang perekonomian yang dikendalikan oleh gagasan pertumbuhan dan perkembangan mereka menuntut penambahan produksi baik berguna atau berbahaya atau malah membunuh. 

  3. Pada bidang politik dan hubungan luar negeri antara Negara-negara, keganasanlah merupakan bahasa yang paling kaku, yaitu kemaslahatan orang-orang, kelas-kelas, dan rakyat bertarung dengan sengitnya. 

  4. Bidang kebudayaan, memiliki ciri-ciri kehilangan makna dan tujuan hidup. Mereka menginginkan seni untuk seni ilmu untuk ilmu, spesialisasi demi spesialisasi, kehidupan berjalan tanpa tujuan. 

  5. Dalam bidang keagamaan mereka telah menghilangkan kuasa Tuhan yang tertinggi, dengan itu mereka telah menghapuskan dimensi hakiki dari manusia sehingga sukar membedakan antara disiplin dan anargi, dan antara hak dan bathil.

6. Solusi Mengatasi Tantangan Pendidikan Islam

Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa solusi dapat diusulkan penulis:

  1. Integrasi Kurikulum: Mengembangkan kurikulum yang integratif antara ilmu agama dan ilmu umum. Kurikulum ini harus dirancang untuk membentuk peserta didik yang berpengetahuan luas, tetapi tetap memiliki pemahaman yang kuat tentang ajaran Islam. Dengan menggunakan bahan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) yang butiranbutiran emasnya telah dirintis olek Ki Hajar Dewantara jauh sebelum Indonesia merdeka, rasa optimisme atas kinerja Diknas dalam mengembangkan SDM Bangsa terus membesit dalam khasanah pemikiran kita, untuk itu kinerja diknas khsusnya lembaga persekolahan dan lembagalembaga pendidikan luar sekolah (PLS), mulai dari perkotaan sampai ke pedesaan harus terus kita bangun sebagai upaya menemukan jati diri bangsa sesuai dengan cita-cita nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Islam juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang Pendidikan. Islam  memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang laki-laki ataupun perempuan berlangsung sepanjang hayat. 

  2. Peningkatan Kualitas Guru: Menyelenggarakan pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru-guru pendidikan Islam agar mereka dapat memenuhi tuntutan zaman dan menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. 

  3. Pemanfaatan Teknologi: Temuan iptek menyebarkan hasil yang membawa kemajuan, dan dampaknya terasa bagi seluruh umat manusia. Semua hasil temuan Iptek disatu sisi harus diakui telah secara nyata mempengaruhi bahkan memperbaiki taraf dan mutu hidup manusia. Disisi lain temuan dan kemajuan Iptek itu telah dapat mempengaruhi bangunan kebudayaan dan gaya hidup manusia. Era kemajuan Iptek ini perubahan global semakin cepat terjadi dengan adanya kemajuan-kemajuan dari Negara maju di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi. Teknologi komputer misalnya membanjiri setiap Negara, bangsa dan budaya tanpa mengenal batas bangsa Negara dan Budaya. Faksimili adalah teknologi cetak jarak jauh yang dapat mengirimkan pesan untuk siapapun, dimanapun, negara manapun dan bangsa apapun, serta bisnis dan institusi apapun.Menggunakan teknologi sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, sekaligus mendidik peserta didik tentang etika penggunaan teknologi menurut ajaran Islam. 

  4. Penguatan Identitas Keislaman: Menanamkan nilai-nilai keislaman sejak dini melalui pendidikan karakter yang berfokus pada akhlak mulia, sehingga peserta didik dapat menghadapi tantangan global dengan identitas keislaman yang kuat.

Dimensi rohani yang digambarkan pendidikan Islam itu dapat dipahami tidak hanya sebagai semata-mata tenggelam dalam ibadah formal, sampai-sampai melupakan kewajiban dunia, dan kewajiban masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tetapi yang dimaksud bahwa pendidikan islam itu harus diasaskan atas dasar pokok, yaitu bahwa manusia itu adalah makhluk Allah dan diberi tugas untuk memikul amanah sedang makhlukmakhluk lain tidak. Ia di perintahkan hidup dipermukaan bumi sejalan dengan ajaran ilahi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa proses terpenting dalam pendidikan yaitu membentuk pandangan dan tujuan Islam adalah: 

a) Generasi muda harus didik menyembah Allah ikut perintahnya, menunaikan fardhu-fardhu ibadah, berpegang teguh segala tuntutannya sepanjang hidupnya. 

b) Generasi mudah harus didik hidup dalam masyarakat yang sehat mengakui prinsip persaudaraan, kerjasama, partisipasi yang tegak diatas hak dan kewajiban dalam rangka sistem jaminan sosial yang diakui oleh Islam. 

c) Generasi baru harus didik menggunakan akal sebab penggunaan akal merupakan keharusan bagi inti akidah yang pada dasarnya adalah tantangan terhadap akal tanpa pamri atau perantara. 

d) Generasi baru haruslah didik bersifat terbuka terhadap orang lain dan menjauhi sifat menyendiri dan tanpa berlebihan menonjolkan dirinya, sebab peradaban islam tegak di atas dialog yang membina prinsip memberi dan mengambil. 

e) Generasi baru harus didik menggunakan pemikiran ilmiah dan menggunakan pencapaiannya itu dalam perencanaan dan penyelidikan-penyelidikan, karena  Islam adalah agama terbuka tidak tertutup dan tidak memusuhi ilmu dari manapun sumbernya. 

7. Kesimpulan

Tantangan pendidikan Islam kontemporer, adalah dikotomi pendidikan, kualitas sumber daya manusia, globalisasi politik dan ekonomi, toleransi antar umat beragama, kemampuan anggaran, sistem manajerial lembaga pendidikan Islam, akselerasi teknologi informasi dan komunikasi, radikalisme, pencemaran lingkungan, kesenjangan sosial, kekaburan identitas, termasuk sekularisme, liberalisme, dan pluralisme. Tantangan pendidikan Islam dapat diklasifikasi ke dalam bidang teologi, ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan kepemimpinan. Solusi pendidikan masa kini dan yang akan datang dengan peningkatan SDM serta pengingatan Kembali kepada fondasi seerta prinsip Pendidikan islam. 

Pendidikan Islam merupakan pondasi penting dalam pembentukan karakter dan moralitas umat Islam. Dengan prinsip-prinsip yang berlandaskan pada ajaran Al-Qur'an dan Hadis, pendidikan Islam bertujuan untuk menciptakan individu yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Meskipun menghadapi berbagai tantangan di era modern, pendidikan Islam tetap relevan dan penting untuk dipertahankan. Melalui upaya integrasi kurikulum, peningkatan kualitas guru, pemanfaatan teknologi, dan penguatan identitas keislaman, pendidikan Islam dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi kemajuan umat Islam di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun