Contohnya, produk-produk elektronik, pakaian, dan barang-barang konsumsi lainnya cenderung mengalami lonjakan harga karena pelaku usaha harus menyesuaikan tarif pajak dalam struktur biaya mereka.
Sebaliknya, barang-barang yang bebas PPN tetap stabil, meskipun dalam beberapa kasus ditemukan upaya spekulatif untuk menaikkan harga akibat ketidaktahuan konsumen.
Kondisi pasar juga menunjukkan adanya disparitas harga antarwilayah. Di kota-kota besar, konsumen lebih cepat beradaptasi dengan perubahan harga karena akses informasi yang lebih baik.
Namun, di daerah terpencil, kurangnya sosialisasi menyebabkan ketidakpastian, baik di kalangan konsumen maupun pedagang. Hal ini menjadi tantangan yang harus segera diatasi oleh pemerintah melalui edukasi dan distribusi informasi yang lebih merata.
Pengalaman Konsumen dalam Berbelanja
Beberapa konsumen melaporkan adanya kenaikan harga pada barang-barang tertentu yang sebelumnya tidak dikenakan pajak, kalaupun tidak minimal imbasnya ialah pengurangan kualitas barang konsumsi jika tidak menaikan karga produk.
Misalnya, bahan bangunan seperti semen dan cat yang termasuk dalam kategori PPN mengalami kenaikan harga hingga 10-15 persen. Hal ini berdampak langsung pada sektor pembangunan rumah tangga dan usaha kecil yang mengandalkan bahan tersebut.
Selain itu, kebijakan PPN juga memengaruhi pola konsumsi masyarakat. Barang-barang dengan harga premium semakin sulit dijangkau oleh kelas menengah ke bawah, sehingga mendorong mereka beralih ke produk alternatif yang lebih murah.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana kebijakan fiskal dapat mengubah preferensi konsumsi dan pola belanja masyarakat.
Dampak pada Pelaku Usaha
Di sisi pelaku usaha, kebijakan ini membawa tantangan besar. Para pengusaha harus melakukan penyesuaian harga dalam waktu singkat, yang tidak jarang mengganggu perencanaan keuangan mereka.