"Sebuah Cerita Pendek dari alumni IPB untuk Pak Jokowi"
Anto gelisah di kamar kostnya. Ia mondar-mandir tak jelas, lalu duduk di ranjang dan menatap dua pucuk surat yang kini ada di depannya. Satu surat sudah dibuka, satu lagi masih tertutup rapat.
Satu surat yang sudah dibukanya itu telah membuat fresh graduate itu kegirangan setengah mati, sepenanakan nasi lalu. Isinya adalah impiannya : Anto Setyo Nugroho diterima di Manager Development Program (MDP) sebuah Bank BUMN terkemuka. MDP adalah program prestisius di bank tersebut untuk penerimaan calon yang diproyeksikan menjadi pimpinan masa depan. Usai lepas program tersebut jabatan Junior Manager di depan mata yang berarti jaminan gaji besar dan karir cemerlang.
Satu surat lagi, baru diterimanya sepeminuman kopi lalu. Meski masih tertutup rapat, sepucuk surat itu sudah membuat kegirangannya sirna.
Anto kini duduk termenung
Sampul surat itu dipandanginya lagi. Tanpa membuka, Ia tahu betul siapa pengirim surat itu.
Teruntuk Anaku
Anto Nugroho
Wisma Al-Izzah, Babakan Lebak, Kampus Dalam
Dramaga IPB, Bogor
"Ramane...," ujarnya bergumam lirih.
Pikiran Anto langsung melayang ke desanya di Purbalingga, Jawa Tengah yang ditinggalkan 5 tahun lalu. Anto ingat Bapak yang dipanggilnya Ramane, Ibu alias Biyunge, juga Sri adiknya. Namun, ingatan yang paling menyeruak kini adalah hal menjadikanya dirinya menggenyam bangku kuliah di Institut Pertanian Bogor, tepatnya, Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian. Anggkatan 35 atau masuk di penghujung reformasi, tahun 1998.
"Aku ingin membuat alat atau obat pemusnah wereng. Aku ingin membantu bapakku, membantu petani di desaku," tekad dia waktu itu yang menjadi bahan bakar untuk tekun belajar, pintar dan akhirnya diterima tanpa test di IPB. Tekad yang membara, berapi-api, mulia.