Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Surat Bapak Datang

9 September 2017   15:04 Diperbarui: 9 September 2017   15:25 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Gue lagi bingung nih Ndra," ujar Anto

"Bingung apanya Si Ndes? Diterima kerja ditempat bagus kok lo bingung?," ujar Hendra

"Gue inget Bapak di kampung," Anto berujar lirih.

"Bokap loe pasti seneng bro, loe ketrima kerja dan bakal jadi orang kaya coy," sergah Hendra.

"Ndra, gue kan pernah cerita ke loe, kenapa gue bisa kuliah disini kan? Gue lagi inget itu. Inget bokap gue, inget petani-petani di kampung gue. Inget cita-cita gue buat obat pemusnah wereng," kata Anto.

"Ya ya ya..," ujar Hendra enggan.

"Gue lulusan pertanian, jurusan hama dan penyakit tanaman, tapi malah kerja di bank. Jauh banget dari apa yang kita pelajari di kampus kita ini. Kalau aku, kamu dan kita yang lulusan kampus ini pada kerja di luar bidangnya. Siapa yang bekerja di sektor pertanian, siapa yang bantu bokap gue dan petani-petani di kampung gue, petani di negeri ini?"

"Aktivisnya kumat nih," Hendra menggumam.

"Soekarno saat mendirikan kampus ini bilang urusan pangan adalah soal hidup dan matinya bangsa ini. Akan tetapi, kita yang harusnya mengurusnya malah mengabaikanya. Bangsa ini bisa mati di kemudian hari karena yang ngurus soal pangan, soal pertanian malah lari dari tanggung jawabnya," ujar Anto dengan intonasi yang mulai meninggi dan bangkit dari duduknya.

"Okey, tapi..," Hendra mencoba memotong.

"Petani itu miskin, bodoh, termarjinalkan. Apa akan selamanya seperti itu. Inovasi, teknologi, penelitian yang kita hasilkan hanya menjadi macan kertas yang tidak pernah diaplikasikan untuk mengangkat derajat dan harkat para petani. Karena apa? Karena kita menganggap itu sudah selesai ketika sudah menjadi skripsi, tesis, desertasi atau diseminarkan bukan diaplikasikan di lapangan, di sawah, di kolam, di laut," lanjut Anto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun