Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

"PERJALANAN KEMANUSIAAN" Part. 4 Panggilan Hati (Rescuer)

18 April 2022   01:47 Diperbarui: 26 Juni 2023   22:52 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Lah, jelas itu. Makanya kawin."

 " hus. Bacot! Nikah dulu baru kawin. Emang binatang haha" bantah Leo.

 Akhirnya kami bertiga kembali tertawa sambil menyeruput kopi. Di saat mau berdiri, hp kami bertiga berbunyi serentak.

 "Centeng" tanda ada pesan Whatsapp masuk bersamaan. Aku tidak terlalu menghiraukan pesan masuk itu begitupun Bagus. Sambil menampakkan kepuasan atas kebahagiaannya, Bagus mulai berjalan menuju ke Teler Cafe dan mulai mengeluarkan uang untuk membayar minuman yang kami minum. Diikuti aku yang berjalan di belakangnya dan Leo yang masih berdiri di belakang kursi yang ia duduki tadi.

  "Le, ayo." Ucapku.

 Leo tidak menggubris,  ia terlalu pokus memperhatikan Handphonenya. Dan perlahan memutar badan lalu berjalan mengarah kami yang masih berdiri menunggu dia. Bagus menepuk pundakku, kini raut wajahnya sedikit berubah. Sedikit agar datar, seperti telah terjadi sesuatu kabar yang tak ia sukai di terimanya.

  "Jiz. Buka Whatsapp kamu." Ucapnya pelan.

 Aku yang masih merasa heran pun bergegas mengeluarkan Handphone yang tadi sudah kumasukkan ke dalam kantung celana. Setelah keluar dan mulai kugeser layar ke bawah, maka terlihatlah chat Whatsapp masuk. Hampir 100 pesan di grup whatsapp telah masuk. Ku klik, dan akhirnya aku tau apa yang membuat Leo yang biasanya menjadi pecair suasana menjadi pendiam, dan Bagus yang semula melihatkan raut wajah bahagia menjadi datar.

   Sebuah kabar duka telah masuk ke Grup kami bertiga, sebuah bencana Gempa dengan skala 6.1 SR ( Skala Richter) telah melanda Pasaman Barat Sumatera Barat. Yang meluluhlantakan daerah itu, dan merobohkan banyak bangunan yang berada di skala terdekat titik gempa.  

 Ku lirik Leo yang berdiri tidak jau dari keberadaan kami. Kulihat ia sedang menerima telepon dan tak lama setelah ia menerima telpon, ia bergegas mendekati kami dan berkata bahwa ada perintah harus merapat ke Mako pusat ACT sekarang. Sebuah tempat yang merupakan rumah kedua bagi kami setelah rumah sendiri. Mako (Markas Komando) meliputi kantor dan gudang perlengkapan kami, yang menjadi tempat kami untuk berlatih, atau sigap tanggap bencana. Dan perintah itu turun langsung dari Direktur kami yang menjabat pemimpin DERM ( Disaster Emergency and Recovery Management) pak Kusmayadi.

 "Biar aku dan Ajiz yang merapat. Kamu kembali ke Klinik untuk temani istri kamu saja Gus." Ucap Leo sambil meletakkan kembali handphonenya ke kantung celana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun