Mohon tunggu...
Muhammad Idrisman Mendefa
Muhammad Idrisman Mendefa Mohon Tunggu... -

Pengembara Spiritual. PD. JPRMI Kab. Padang Lawas. Lembaga Al-Mahabbah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mensyukuri Kemerdekaan

29 Agustus 2018   12:11 Diperbarui: 29 Agustus 2018   12:23 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baginya, kegagalan merupakan sekedar pintu masuk menuju keberhasilan. Masanya, seluruh pintu penghalang itu mampu dibuka dengan baik,  maka impiannya akan terwujud dengan terang benderang.

Penolakan-penolakan terhadap proposal kehidupannya tidak akan mampu mengubah cara pandang pahlawan. Fikiran positif akan mempertahankannya untuk tetap berada di jalan kebaikan dalam mencapai keinginan yang dilandasi kebutuhannya terhadap kebaikan itu. Tanpa berfikir mundur dan terkapar pada kubang kejatuhan, ia akan melangkah tegap, atau bahkan, meskipun ia harus merangkak dan terseok-seok menyusuri lorong kelam ke arah puncak cahaya obsesinya.

Sayangnya, seringkali penduduk negeri modern lebih berfikir instan. Tak sanggup membiayai keperluan rumah tangga, hutang menggunung,  tuntutan keluarga semakin meninggi,  akhirnya ambil pintasan, jual diri,  gadai martabat,  lelang anak. Lebih tragisnya, ada yang sampai bunuh diri,  tikam pasangan hidup, gorok anggota keluarga,  dll.

Lemahnya keadaan keuangan dan menurunnya posisi ekonomi menjadi excusing subur untuk tidak lagi sekolah, tidak lagi mengikuti jalur pendidikan,  ujungnya terkatung-katung, terserak pengangguran, terabunnya pandangan, teruntuhnya bangunan harapan. Di tengah badai keterombang-ambingan,  ibarat buih,  terhempas tanpa arti.

Seakan mahkotanya menjelma sampah yang selayaknya hanya disapu, dibuang, dibakar, dan dimusnahkan. Betapa tidak, kehidupannya telah terjebak lumpur problem psikis dan sosial. Anak belia melawan ayah bundanya, remaja culun bergabung geng preman, pemuda polos direkrut bomber,  akibatnya perkelahian, penganiayaan, perampokan,  pencurian,  semakin sulit dielakkan.

Seandainya, fikiran pahlawan yang terletak pada otaknya tidak tertutup paradigma negatif yang terlalu singkat dan naif,  keluhan-keluhan akan terhempas, solusi-solusi akan terlihat, rute dan peta akan menyeruak.  

"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

Yang tak punya transportasi, Allah hadirkan kendaraan, yang tak punya pekerjaan, Allah lebarkan lowongan, yang kurang ongkos pendidikan,  Allah cukupkan, selama hamba masih menyadari kehambaannya,  tidak putus asa,  tidak menyerah begitu saja,  berfikir komprehensif,  mengkaji keseluruhan.

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya." (QS. Al-Baqarah: 286)

Situasi ekonomi yang menurut kalkulasi akal semakin menurun, tidak akan pernah hinggap sebagai tembok pembatas ikhtiar, ketika semangat hidup terhunjam di lubuk fikir para pendamba al-najah. Hitungan kepala manusia berada lebih rendah daripada matematika logika Tuhan semesta.

"Kalau saja orang yang rendah cita-cita itu mau memikirkan resiko dan segala kemungkinan buruk yang akan menimpa dirinya, pasti ia akan menganggap cita-cita rendah itu sebagai musuh yang harus diperangi. Tidak akan ia biarkan dirinya terjerat cita-cita rendah, dan nama baiknya jatuh di hadapan manusia,  meskipun untuk itu ia harus rela meninggalkan pola hidup berleha-leha," ungkap Ibnu al-Jauzi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun