Dengan demikian, study tour, outing class, atau field trip merupakan dari metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
Ketika ada insiden atau kecelakaan pada kegiatan study tour, bukan study tournya yang salah atau harus dihentikan, tetapi harus dievaluasi apa masalahnya dan bagaimana cara mengatasinya.
Sekolah harus merencanakan study tour dengan tujuan, dan relevansi, dan efektivitasnya. Harus diperhitungkan waktu dan tempat yang tepat untuk study tour.Â
Waktu yang tepat untuk study tour adalah pada masa peserta didik masih dalam masa pembelajaran. Jika study tour dilaksanakan setelah peserta didik lulus, momentumnya kurang pas, sehingga lebih dominan pikniknya daripada study tournya.Â
Sedangkan tempat yang tepat kaitannya dengan apakah lokasi yang dikunjungi memberikan informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang diperlukan atau tidak.
Sekecil apapun sebuah kegiatan, pasti ada biaya yang dikeluarkan. Hal ini yang banyak memicu perdebatan di kalangan netizen, karena kemampuan ekonomi orang tua beragam.Â
Oleh karena itu, hal ini harus didiskusikan dan diputuskan secara musyawarah dengan komite sekolah/orang tua peserta didik supaya tidak mengundang kecurigaan kepada sekolah.Â
Bagi orang tua yang tidak mampu dan anaknya tidak ikut study tour, sekolah menyiapkan tugas alternatif. Misalnya, saat sekolah melakukan study tour ke kebun binatang untuk memperkenalkan jenis-jenis binatang.
Bagi peserta didik yang tidak ikut study tour diberikan tugas mengamati beberapa jenis binatang ternak di sekitar rumahnya lalu dibuat laporan sederhana. Intinya, ada win-win solution. Setiap peserta didik diberikan kesempatan yang sama walau melaui cara yang berbeda.
Kelaikan kendaraan, kaitannya dengan hal yang bersifat teknis administratif. Pihak yang terlibat seperti PO bis, dinas perhubungan, dan kepolisian.Â
Kendaraan yang digunakan untuk study tour oleh harus berizin, benar-benar layak, dan lolos uji emisi/pemeriksaan teknis.Â