Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Widyaprada Ahli Madya BBPMP Jawa Barat. Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyikapi Pro-Kontra Study Tour Secara Proporsional

15 Mei 2024   16:25 Diperbarui: 16 Mei 2024   02:45 2145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Bus yang digunakan ketika study tour. (Foto: KOMPAS.com/DINDA AULIA RAMADHANTY) 

Pascakecelakaan bis rombongan peserta study tour sebuah SMK dari Kota Depok tanggal 11 Mei 2024 di Ciater Subang yang menewaskan 11 orang, pro-kontra terhadap masalah study tour ini masih tetap terjadi. 

Perdebatannya sudah cenderung over ekspose serta overlapping. Dipicu kasus kecelakaan tersebut, cukup banyak komentar yang justru mendeskeditkan profesi guru.

Guru yang mungkin tidak tahu menahu dituding oleh netizen menjadi bagian dari pihak yang mengambil keuntungan dari kegiatan study tour.

Kita tentu prihatin dengan kecelakaan yang telah terjadi dan menyebabkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal. Kita bersimpati dan berempati terhadap keluarga para korban. Dalam kegiatan apapun, pasti semua berharap ingin lancar dan selamat. 

Tidak ingin ada musibah. Tetapi saat terjadi musibah, hal ini perlu menjadi bahan evaluasi semua pihak. Dalam konteks keimanan, hal ini merupakan takdir Tuhan.

Kasus kecelakaan di Ciater Subang tersebut masih dalam penyelidikan pihak aparat yang berwenang. Temuan awal menyebutkan bahwa kecelakaan tersebut diduga disebabkan oleh fungsi rem bis yang tidak berjalan dengan baik. 

Hal tersebut juga diakui oleh sopir kendaraan yang selamat dari peristiwa naas tersebut. Saat ini sopir bis telah dijadikan sebagai tersangka pada kasus tersebut.

Kasus kecelakaan di Ciater Subang tidak lepas dari konteks keselamatan transportasi. Tetapi diskursus yang berkembang, khususnya di dunia maya kurang proporsional. Justru lebih banyak menyoroti masalah study tournya. 

Mungkin karena korbannya adalah para pelajar dan mungkin pula sebenarnya banyak orang tua yang merasa keberatan dengan adanya program study tour ke luar kota.

Tetapi selama tidak bisa berkomentar, sehingga saat kasus ini terjadi, seolah menjadi pemantik bagi sebagian orang tua untuk mengeluarkan unek-uneknya, bahkan diekspresikan dalam bentuk hujatan terhadap profesi guru yang kalau mau berpikir secara jernih, guru sebagai sebuah profesi tidak ada sangkut pautnya dengan kasus kecelakaan kendaraan.

Jika mau menilai secara objektif, kasus kecelakaan kendaraan  bisa terjadi kapan pun, di mana pun, menimpa kepada siapa pun, dan dari kalangan manapun. 

Rombongan pariwisata masyarakat umum, rombongan majelis taklim, rombongan peziarah, rombongan kontingen olah raga, rombongan pejabat, rombongan pernikahan, dan lain-lain pernah mengalami kecelakaan dan menyebabkan jatuhnya korban. 

Tapi respon masyarakat dan netizen tidak sebesar saat ini terkait kecelakaan di Ciater Subang. Mungkin karena jumlah korban tewas yang cukup banyak.

Menurut saya, antara study tour dan kecelakaan kendaraan adalah dua hal yang berbeda walau bertemu pada satu kegiatan yang sama. Study tour atau karyawisata adalah kegiatan yang bersifat akademik. 

Study tour merupakan salah satu jenis metode pembelajaran. Ada landasan teorinya. Tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman nyata dan kontekstual di luar kelas. 

Sugihartono, dkk. menyatakan bahwa metode karyawisata merupakan metode penyampaian materi dengan cara membawa anak didik langsung ke objek di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung. (Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007).

Tidak ada kewajiban study tour harus menggunakan kendaraan, karena melakukan observasi di sekitar sekolah pun bisa disebut study tour. 

Walau demikian, ada kalanya sekolah memerlukan kendaraan untuk study tour karena pertimbangan jarak,  waktu, dan efektivitas. Misalnya, peserta didik SMK yang mau kunjungan industri (kunjin) pada umumnya menggunakan kendaraan seperti bis atau moda kendaraan lainnya ke pabrik, lembaga pemerintah, lembaga swasta, atau tempat lainnya.

Kunjin menjadi bagian dari kurikulum dan pembelajaran di sekolah. Tujuannya agar peserta didik SMK mengetahui dan melihat secara nyata proses produksi sebuah produk atau layanan produk sehingga mereka mengetahui karakteristik dunia kerja yang kerja yang sebenarnya. 

Misalnya peserta didik SMK jurusan teknologi pangan pengolahan ikan berkunjung ke pabrik pengolahan ikan. Mereka mendapatkan informasi mulai dari cara mengolah, mengemas, sampai memasarkan produk ikan.

Peserta didik pada jenjang atau jurusan lain pun mungkin juga memerlukan kunjungan ke lokasi sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya. 

Dengan demikian, study tour, outing class, atau field trip merupakan dari metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

Ketika ada insiden atau kecelakaan pada kegiatan study tour, bukan study tournya yang salah atau harus dihentikan, tetapi harus dievaluasi apa masalahnya dan bagaimana cara mengatasinya.

Sekolah harus merencanakan study tour dengan tujuan, dan relevansi, dan efektivitasnya. Harus diperhitungkan waktu dan tempat yang tepat untuk study tour. 

Waktu yang tepat untuk study tour adalah pada masa peserta didik masih dalam masa pembelajaran. Jika study tour dilaksanakan setelah peserta didik lulus, momentumnya kurang pas, sehingga lebih dominan pikniknya daripada study tournya. 

Sedangkan tempat yang tepat kaitannya dengan apakah lokasi yang dikunjungi memberikan informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang diperlukan atau tidak.

Sekecil apapun sebuah kegiatan, pasti ada biaya yang dikeluarkan. Hal ini yang banyak memicu perdebatan di kalangan netizen, karena kemampuan ekonomi orang tua beragam. 

Oleh karena itu, hal ini harus didiskusikan dan diputuskan secara musyawarah dengan komite sekolah/orang tua peserta didik supaya tidak mengundang kecurigaan kepada sekolah. 

Bagi orang tua yang tidak mampu dan anaknya tidak ikut study tour, sekolah menyiapkan tugas alternatif. Misalnya, saat sekolah melakukan study tour ke kebun binatang untuk memperkenalkan jenis-jenis binatang.

Bagi peserta didik yang tidak ikut study tour diberikan tugas mengamati beberapa jenis binatang ternak di sekitar rumahnya lalu dibuat laporan sederhana. Intinya, ada win-win solution. Setiap peserta didik diberikan kesempatan yang sama walau melaui cara yang berbeda.

Kelaikan kendaraan, kaitannya dengan hal yang bersifat teknis administratif. Pihak yang terlibat seperti PO bis, dinas perhubungan, dan kepolisian. 

Kendaraan yang digunakan untuk study tour oleh harus berizin, benar-benar layak, dan lolos uji emisi/pemeriksaan teknis. 

Selain itu, pengemudi bisnya pun harus memiliki SIM, terampil, sehat, dan prima. Selain masalah terganggunya fungsi kelengkapan kendaraan, sopir yang ngantuk dan kelelahan dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan.

Kegiatan study tour, karyawisata, atau studi banding tidak bisa dilepaskan dengan dunia pariwisata. Kegiatan tersebut menjadi alat penggerak ekonomi rakyat atau menyangkut hajat hidup orang banyak. 

Pengusaha travel, jasa sewa bis, pengusaha rumah makan, pengusaha hotel, pedagang, jasa toilet, hingga tukang parkir banyak menggantungkan nasib dari kegiatan karyawisata. Hal ini pun menjadi bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ujungnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menyikapi terjadinya kecelakaan yang menimpa peserta study tour, menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan bahwa bukan soal study tournya, tetapi fasilitas transportasi dan kepastian SDM yang mengemudikan harus memiliki kesigapan dan dalam kondisi prima. 

Dengan demikian, maka semua pihak harus berpikir secara jernih dan bersikap secara proporsional serta menjadikan musibah yang telah terjadi sebagai bahan untuk evaluasi, refleksi, dan mencari solusi agar ke depannya kasus yang sama tidak terjadi lagi. Wallaahu a'lam.

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun