memahami sistem pertahanan dan keamanan negara;
peserta didik mampu menganalisis peran Indonesia dalam hubungan antar bangsa dan negara.
Pendekatan, model, dan strategi pembelajaran yang digunakan guru pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila disesuaikan dengan materi dan karakteristik peserta didik. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran terdiferensiasi, yaitu  pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan peserta didik sehingga guru dapat mengajar sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan peserta didik (teaching at the right level).
Guru perlu menggunakan strategi pembelajaran yang mampu membangun atau membangkitkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, menguatkan keterampilan berpikir tingkat  tinggi (HOTS/Higher Order Thinking Skills), membangun kecakapan abad 21, dan menguatkan kemampuan literasi dan numerasi.
Pembelajaran harus berpusat kepada peserta didik (student  center). Kelas yang baik bukanlah kelas yang gurunya aktif paling dominan, tetapi justru yang peserta didiknya yang aktif. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi menjadi salah satu sumber belajar. Guru dapat memanfaatkan sumber belajar tertulis (buku, diktat, dan modul), bentuk digital (e-book/e-modul), audio, video, audio-visual, atau internet. Dalam konteks tertentu, peserta didik bisa menjadi sumber belajar atau tutor sebaya bagi sesama peserta didik. Bahkan guru pun dapat belajar dari peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan prinsip semua guru dan semua murid.
Penerapan pendekatan kontekstual dan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang bermakna (meaningful learning) Â bagi peserta didik perlu dilakukan oleh guru. Pembelajaran melalui praktik atau melalui pengalaman langsung jauh lebih efektif bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan multimetoda, multimedia, dan multisumber evaluasi akan bisa memfasilitasi perbedaan gaya belajar peserta didik.
Strategi yang bisa dilakukan oleh guru misalnya melalui penerapan pembelajaran berbasis proyek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran menyingkap/menemukan (inquiry/discovery). Metode yang digunakan oleh guru bukan hanya didominasi ceramah, tetapi juga bisa divariasikan dengan metode yang lain, seperti tanya jawab, curah pendapat (brainstorming), diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran (role playing), penugasan, studi kasus, portofolio, dan sebagainya. Perlu dicatat bahwa tidak ada strategi atau metode pembelajaran yang paling baik. Strategi atau metode yang paling baik adalah yang paling sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi peserta didik.
Â
Proyek Profil Pelajar Pancasila
Dalam struktur kurikulum merdeka jenjang PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila pun terdapat proyek penguatan profil Pelajar Pancasila. Hal ini terpisah dengan kegiatan intrakurikuler, karena bisa dilakukan secara lintas mata pelajaran atau kolaborasi dengan guru mata pelajaran lainnya. Ada 6 (enam) nilai yang difokuskan untuk dikuasai oleh peserta didik, yaitu; (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) mandiri, (3) bergotong-royong, (4) berkebinekaan global, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif.
Kemdikbudristek sudah menyiapkan tema-tema untuk pelaksanaan proyek Pelajar Pancasila. Walau demikian, guru atau satuan pendidikan dapat mengembangkannya menjadi tema-tema yang lebih relevan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan. Berbagai kegiatan bisa dilaksanakan untuk implementasi proyek penguatan Pelajar Pancasila seperti kegiatan sosial-budaya, pentas seni, teknologi ramah lingkungan, pameran hasil kerajinan, pameran produk makanan lokal, kegiatan keagamaan, dan sebagainya. Walau demikian, menanamkan nilai-nilai Pancasila bukan hanya melalui proyek saja. Guru boleh menggunakan strategi atau metode lain yang relevan. Inilah substansi dari pembelajaran yang merdeka.