Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

8 Alasan Mengapa Widyaiswara Harus Menulis

25 Januari 2020   07:32 Diperbarui: 25 Januari 2020   07:32 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meningkatkan Kepercayaan Diri

Menulis selain mendatangkan kepuasan diri juga mampu meningkatkan kepercayaan diri seorang WI. Mengapa? Karena tulisan adalah sebuah karya intelektual. Tulisan dilahirkan melalui proses renungan, pemikiran, analisis, atau penelitian. Dengan kata lain, sebuah tulisan tidak datang ujug-ujug ada, dan sebuah tulisan yang berkualitas ditulis melalui sebuah proses panjang dan melelahkan.

Saat seorang WI menjadi narasumber atau fasilitator diklat pada materi tertentu dan dia melengkapinya dengan tulisan hasil karyanya sendiri sebagai salah satu sumber bacaaan bagi peserta, bisa berupa artikel, makalah, atau buku, maka dia akan lebih percaya diri dan terlihat menguasai materi, tidak hanya sekadar mengandalkan bahan tayang (power point) yang disamping dibuatnya sendiri, kadang (maaf) ada yang bukan buatannya sendiri, tapi buatan orang lain, atau bahan tayang "oleh-oleh" ToT yang pernah diikutinya.

Saat seorang WI menyampaikan materi tertentu, tidak tertutup kemungkinan ada peserta yang telah menulis atau ahli pada bidang yang disajikan WI tersebut. Saat peserta ada yang sudah kaya dengan karya tulis atau produktif menulis, sedangkan WI-nya tidak atau belum memiliki karya tulis, hal ini bisa membuat sang WI mengalami krisis percaya diri atau inferior di hadapan peserta.

Menulis Adalah Bentuk Kreativitas 

Menulis adalah bentuk kreativitas. Mengapa? karena seseorang yang tidak kreatif tidak mungkin menghasilkan karya. Dia akan diam pada zona nyaman alias tidak mau menghadapi tantangan baru. Kreativitas adalah hal yang mahal dan perlu dihargai.  Zaman sekarang orang kalau tidak kreatif akan tergilas oleh roda zaman yang terus berputar. Dia pun akan tersisih dari persaingan yang semakin ketat.

Menulis adalah urusan minat atau passion. Selain kewajiban bagi dirinya untuk menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI), para WI juga bisa menulis secara kreatif, misalnya menulis karya fiksi seperti puisi, cerpen, atau novel. Agar jalan ceritanya menarik, juga perlu disajikan semenarik mungkin.

Sarana Eksistensi Diri dan Promosi Diri

Menulis bisa menjadi sarana eksistensi diri dan promosi diri. Sebuah tulisan yang diposting atau diterbitkan menandakan bahwa penulisnya ada, bahkan bisa jadi terkenal. Seorang penulis yang memosting buku karyanya atau berfoto dengan buku barunya adalah sebagai bentuk eksistensi diri, bahkan sebuah bentuk kebahagiaan bagi dirinya. Ada juga penulis yang berfoto bersama dengan para pembaca atau peserta sebuah kegiatan, itu juga bentuk eksistensi diri.

Jika merujuk kepada Teori Maslow, maka eksistensi diri adalah salah satu jenis kebutuhan manusia. Dia akan merasa keberadaannya diakui dan dihargai. Begitu pun bagi seorang penulis. Dia akan senang kalau karya tulisnya bisa diterima, diapresiasi, dan bermanfaat bagi para pembaca

Karya tulis membuat penulisnya tetap eksis walau dia sudah meninggal. Buku-bukunya akan tetap dibaca dari zaman ke zaman atau dari waktu ke waktu. Sudah banyak contoh buku-buku karya tokoh besar yang tetap menjadi rujukan dan bacaan pelajar dan mahasiswa, bahkan jadi buku babon walau sang tokoh sudah tiada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun