Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

8 Alasan Mengapa Widyaiswara Harus Menulis

25 Januari 2020   07:32 Diperbarui: 25 Januari 2020   07:32 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis merupakan sarana bagi siapapun untuk menyebarkan ide atau gagasan. Di zaman teknologi canggih saat ini, sebuah tulisan dapat sangat cepat tersebar melalui media massa elektronik atau media sosial. Sebuah tulisan yang berkualitas, menarik, unik, mengandung kebaruan, atau mungkin kontroversial dapat viral dan dibaca oleh ribuan atau jutaan pembaca. 

Penulisnya pun mendadak terkenal. Tidak tertutup kemungkinan dia akan diundang dan diwawancarai oleh berbagai pihak karena tulisannya tersebut. Sebuah tulisan dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan ucapan yang sewaktu-waktu bisa lupa atau terlupakan.

Pengembangan Profesi atau Karir

Menulis merupakan salah satu unsur utama angka kredit WI. Oleh karena itu, dapat menjadi sarana pengembangan profesi atau karir. WI yang produktif menulis biasanya karirnya cepat menanjak dan pangkatnya lebih cepat naik dibandingkan dengan WI yang tidak menulis.

Tulisan yang diakui dan dihitung angka kreditnya biasanya tulisan yang sesuai dengan tupoksinya, sedangkan karya tulis yang tidak sesuai dengan tupoksinya biasanya ditolak, tidak dihitung angka kreditnya oleh penilai, atau ada juga yang dimasukkan ke dalam kategori karya inovatif.

Walau demikian, bagi saya sebuah karya tulis walau tidak dihitung angka kreditnya karena dinilai tidak relevan dengan tupoksinya, tetaplah sebuah karya tulis yang patut dihargai dan dibanggakan. Mengapa? Karena karya tulis tersebut ditulis dengan susah payah dan penuh perjuangan. 

Tidak semua orang mampu melakukannya. Oleh karena itu, saya ingin menekankan bahwa sebuah walau menulis dapat menjadi angka kredit, tetapi jangan menjadikan hal tersebut sebagai tujuan utama, karena bisa sakit hati atau bahkan kapok tidak mau menulis lagi.

Bukti Kredibilitas Keilmuan

Tidak dapat dipungkiri bahwa menulis adalah bukti kredibilitas keilmuan kalangan intelektual dan akademisi, termasuk WI. Melalui tulisan, seorang WI dapat mencurahkan dan menyebarkan ide atau gagasan yang dimilikinya. WI yang selain piawai bicara saat menjadi narasumber atau fasilitator, juga piawai menulis. Itu adalah sebuah kombinasi yang sempurna.

Tidak semata-mata seseorang dapat menulis kalau tidak memiliki ilmu atau wawasan yang luas. Dan wawasan itu didapatkannya dengan cara menempuh pendidikan formal, membaca dari berbagai sumber, bertanya, atau diskusi dengan pakar di bidangnya. Dengan kata lain, untuk bisa menjadi penulis, seorang WI harus mengorbankan waktu, biaya, dan tenaga.

Penulis adalah sosok yang istimewa di kalangan intelektual atau akademisi. Mengapa? Karena diakui atau tidak, tidak semua akademisi mau menulis atau memiliki kemampuan menulis yang baik. Bahkan, seorang sarjana bahasa atau sastra pun belum tentu dapat menulis dengan baik dan lancar. Ada saja alasan atau kendalanya untuk menulis. Seperti sulit mencurahkan atau mengembangkan ide dalam bentuk tulisan, malas, sibuk, kurang referensi, kurang percaya diri, takut dikritik atau diprotes orang lain, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun