Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiga Isu Penting tentang Guru

25 November 2016   11:07 Diperbarui: 25 November 2016   11:31 2421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasca digulirkannya sertifikasi, kesejahteraan guru mengalami peningkatan. Profesi Guru mulai naik kelas dan mulai dilirik. Banyak anak muda banyak memilih kuliah di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). LPTK kebanjiran mahasiswa calon guru. Guru saat ini merasa bangga menjadi guru, alias tidak minder lagi.

Kesejahteraan adalah hak siapapun, termasuk para guru. Dengan adanya peningkatan kesejahteraan, para guru diharapkan lebih fokus dalam bekerja, tidak lagi disibukkan dengan mencari penghasilan tambahan walau kadang yang namanya manusia keinginannya tidak terbatas. Peningkatan kesejahteraan biasanya diikuti dengan perubahan gaya hidup. Kini, pemerintah telah meningkatkan kesejahteraan guru, dan guru pun diharapkan dapat memberikan layanan terbaik kepada para siswanya.

Perlindungan

Undang-undang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru perlu dilindungi dalam melaksanakan tugasnya. Bentuk perlindungan guru antara lain; (1) perlindungan hukum, (2) perlindungan profesi, (3) perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, dan (4) perlindungan atas hak kekayaan intelektual.

Harus diakui bahwa perlindungan terhadap guru saat ini belum optimal. Walau suah tercantum dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru, belum ada regulasi yang secara teknis mengatur perlindungan guru. Seiring dengan semakin masifnya informasi tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dan perindungan anak, cukup banyak guru terjerat dengan kasus pelanggaran hak anak. Ketika guru memberikan hukuman atas pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswanya, diartikan sebagai tindak kekerasan.

Komunikasi yang kurang terjalin dengan baik antara orang tua dan guru pun menimbulkan potensi kesalahpahaman antara keduanya. Ketika ada dugaan kasus kekerasan terhadap siswa di sekolah, maka orang tua bukannya mengklarifikasi dengan baik-baik kepada sekolah, tetapi justru melaporkan guru ke aparat kepolisian. Akhirnya kasusnya menjadi ramai, dan kalau sudah diliput media, kasusnya bisa menyebar kemana-mana seperti bola liar, dan dampaknya berbagai opini pun bisa muncul.

Perlindungan terhadap guru mendesak untuk segera diwujudkan agar guru dapat melaksanakan tugas dengan aman dan nyaman, tidak dihantui kriminalisasi. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan segera menerbitkan regulasi perlindungan guru dan organisasi profesi guru perlu mengoptimalkan perannya dalam melindungi guru.

Dalam melaksanakan tugasnya, guru pun harus memiliki paradigma baru, menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Mendidik dengan hati, diliputi cinta dan kasih sayang. Mengajar bukan menghajar, mendidik bukan menghardik, tegas bukan keras, dan senyum bukan menghukum. Dulu, ada label guru killerbagi guru-guru galak, kaku, dan susah tersenyum. Guru pun minim apresiasi terjadap prestasi atau hasil karya siswa. Hal ini perlu diubah. Ciptakan suasana belajar yang kondusif, menantang, dan menyenangkan bagi siswa sehingga sekolah sebagai taman belajar bagi siswa dapat terwujud.

Guru yang profesional, sejahtera, dan terlindungi akan menopang pembangunan dunia pendidikan di Indonesia dalam mewujudkan generasi emas 2045. Semoga.

Penulis, Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun