“Nah begitu kan enak, papa jadi tidak makan sendiri”
“Iya, Pa”
***
2.00 am
Sepasang suami istri itu masuk kekamar setelah menyelesaikan makan dni hari mereka. naik keatas ranjang hati-hati agar tidak mengganggu bayi kecil mereka.
“Mama masih marah?”
Hening, tidak ada jawaban.
Makin memuncaklah rasa bersalahnya. Istri yang sejak tadi mendiaminya. Meski wanita itu masih melayani sebagaiman mestinya tetap saja masih ada yang mengganjal. Ia tahu istrinya marah karena selalu pulang larut malam seminggu ini. sampai makan siang dirumah pun tak sempat. Bahkan istrinya kemarin rela mengirimkan foto masakannya yang selalu menggugah selera itu ke ponselnya. Memang dia pulang sebentar untuk makan setelah itu pergi lagi tak sampai duapuluh menit ia pulang kerumah. Kalau dipikir-pikir wajar juga istrinya marah. Tapi bagaimanalah pekerjaan dikantor menumpuk harus deadline akhir bulan ini dan itu benar-benar menguras tenaga. Ia bukan tipe orang yang suka sembarangan menyelesaikan tanggung jawabnya. Maka segala sesuatunya harus berjalan sebagaimana mestinya.
“Ma” panggilnya lagi.
Kali ini hanya respon helaan nafas kuat dari wanita itu.
“Mama marah karena kasihan sama papa, pergi pagi-pagi sekali pulang larut malam ini sudah seminggu pa, Chan seharian ini menanyakan papa terus badannya sempat panas tadi siang”