Mohon tunggu...
Idei Khurnia Swasti
Idei Khurnia Swasti Mohon Tunggu... Dosen - a Life Learner - Psikolog Klinis

Mental health enthusiast dengan fokus pada human well-being, social support, dan positive communication.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dilema Pengambilan Keputusan

2 Februari 2022   23:40 Diperbarui: 11 Februari 2022   05:24 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dilema (Sumber: tirachardz)

Kalau dianalogikan dengan ceritaku di atas tentang dilema antri bensin nih ya.

Meskipun kesalahan berpikir "sunk cost fallacy" seperti ini aku cukup ngerti dan pelajari di kelas psikologi sosial zaman kuliah dulu. 

Namun pas ngalami situasi yang mirip-mirip begini, aku masih ngerasa sulit karena merasa sudah banyak menginvestasikan waktu, energi, uang, dan lain sebagainya.

Merasa 'I've come this far', padahal yaaa dengan bertahan pada pilihan tersebut kalau memang hal tersebut jelek ya tetep jelek aja. 

Bertahan pada pilihan tersebut hanya karena pikiran itu (udah banyak invest pada pilihan itu) jelas makin memperburuk kondisi.

Saya pernah berada dalam hubungan yang toxic selama 7 tahun -tanpa menghitung masa pacarannya ya hingga akhirnya memutuskan 'cut', kemudian sempet in-relationship selama 1,5 tahun dan 'cut' juga, kemudian selama 4 bulan dan 'cut' pastinya.

I'm not saying my current relationship is risk-free ya, but I'm proud of myself that at least I learned important things from my previous ones.

Pelajarannya adalah 'tidak bertahan dalam relasi yang toxic bersama dengan orang yang toxic'. 

Beberapa tanda pasangan yang perlu kita segera jauhi apalagi kalau masih pacaran berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil pengamatan:

  1. Pelit bilang "tolong", "terima kasih", "maaf"
  2. Gemar berbohong untuk menampilkan kesan tertentu, misalnya: besar pasak daripada tiang untuk mengesankan dia orang berpunya, memanipulasi citra dirinya di depan orang lain
  3. Berselingkuh
  4. Kasar, misalnya: sering menghardik, menyindir/berkomentar yang menjatuhkan mental, dan bahkan hingga menunjukkan perilaku kekerasan fisik
  5. Mengeksploitasi secara finansial, misalnya: sering 'pinjem' duit tapi ga pernah balikin, minta dibayarin ini-itu dengan atau tanpa ancaman

Syukur (dan ini adalah doa kita semua, amiiinn) kamu punya pasangan dengan kematangan emosional yang mumpuni yak. 

Sehingga apa? Ya, dia bisa ambil keputusan dengan matang dan bertanggung jawab.

Nah bagaimana dengan kamu (atau kita) sendiri? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun