Mohon tunggu...
Idatus sholihah
Idatus sholihah Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis lepas yang tertarik dengan bahasa, literasi dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Taman Jejak Kematian

26 November 2022   19:45 Diperbarui: 26 November 2022   19:51 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pict by: https://www.peakpx.com/

Setelah bercerita banyak dan Liliana selesai mandi aku berpamitan untuk undur diri. Kucium gadis kecil itu dan mengajaknya bertemu setiap sore di taman. Dia memelukku dan menganggukkan kepala diiringi senyum manisnya.

Memang tanah sengketa itu dibuat taman sebagai penghilang kenangan suram, namun monumen kecil itu adalah tanda, bagaimana yang tidak bersalah menjadi korbannya. Seorang bapak yang tidak sengaja menggendong seorang putri dan menggandeng putri lain melewati kerumunan massa, karena itu hanya jalan satu-satunya menuju puskesmas mau tidak mau ia harus melewati jalan itu. 

Dengan  terburu-buru menuju puskesmas untuk membesuk istrinya, ia menggendong putrinya dengan sangat erat dan satunya dipegang dengan sangat erat juga. 

Namun  tidak sengaja ia mendapat pukulan hebat, putri yang digendongnya jatuh tersungkur dengan kepala terbentur aspal jalan. Ketika sang bapak terbangun ia bergegas meraih putrinya yang malang itu dan segera melarikannya menuju puskemas, namun malang tak dapat ditolak Tuhan lebih menyayanginya, otaknya mengalami pendarahan hebat yang menjadi perantara ia bertemu Tuhan.

Kemudian akibat rasa bersalah yang dirasa tidak bisa diampuni lagi ia menceraikan istrinya dan hidup dalan kesendirian dengan bayang-bayang peristiwa kematian putri bungsunya, Arina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun